AKSI KORPORASI

Cegah Kerugian, Garuda Hedging Utang Rp 1 Triliun

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Jumat, 16 Jan 2015 09:27 WIB
Hedging dilakukan Garuda Indonesia untuk melindungi nilai transaksi pembayaran pinjaman perseroan atas sebagian obligasi yang diterbitkan sebesar Rp 1 triliun.
Caption Jajaran Direksi Garuda Indonesia Tengah Memberikan Keterangan Pers Terkait Outlook Kinerja Garuda 2015. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. melakukan lindung nilai atau hedging valuta asing melalui PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) senilai total Rp 1 triliun guna menjaga neraca perseroan dari efek negatif pelemahan rupiah.

Berdasarkan prospektus ringkas yang dipublikasikan maskapai penerbangan pelat merah tersebut pada Kamis (15/1), telah terjadi transaksi cross currency swap (CCS) antara BNI dan Garuda Indonesia. Opsi saling tukar mata uang tersebut merupakan transaksi afiliasi sesama Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Hal ini dilakukan juga dalam rangka melindungi nilai transaksi pembayaran pinjaman perseroan atas sebagian obligasi yang diterbitkan perseroan sebesar Rp 1 triliun," tulis perseroan seperti dikutip dari prospektus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perseroan menyatakan manfaat yang diperoleh dari transaksi ini adalah lindung nilai risiko tingkat bunga, atau menukar aset/kewajiban ke dalam mata uang lain sekaligus menukar tingkat suku bunga yang menjadi referensi dan risiko nilai tukar.

Lebih lanjut, nilai perjanjian fasilitas kredit mencapai US$ 19,82 juta dan efektif pada 13 Januari 2015. Sementara referensi nilai tukar ditetapkan sebesar Rp 12.608 (JISDOR 13 Januari 2015) dengan tingkat bunga 3,20 persen per tahun.

Sementara itu, mata uang tingkat bunga tetap sebesar Rp 250 miliar dengan pembayaran setiap triwulan dan dengan tingkat bunga 9,25 persen per tahun. Adapun jumlah penukaran akhir adalah Rp 250 miliar menjadi US$ 19,82 juta.

Dari sisi kinerja, sepanjang Januari -September 2014, maskapai full service tersebut mengalami rugi sebesar US$ 219,54 juta atau sekitar Rp 2,65 triliun. Jumlah tersebut 1.362 persen lebih besar dibandingkan kerugian dari periode yang sama pada 2013 sebesar US$ 15,01 juta. (ags/ags)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER