Jakarta, CNN Indonesia -- Ekspor sawit dan turunannya termasuk CPO (Crude Palm Oil) sejak 1 Oktober 2014 terbebas dari bea keluar mengingat harganya lebih rendah dari ambang batas yang ditentukan US$ 750 per metrik ton. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) berharap kebijakan ambang batas harga pengenaan BK tersebut dipertahankan agar industri tetap kompetitif.
"Kami setuju saja dikenakan bea keluar. Namun kami mohon agar tidak diturunkan
threshold (ambang batas harga pengenaan BK) karena itu nantinya kontraproduktif," ujar Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan di Kantornya, Jumat (30/1).
Fadhil sudah mengendus rencana Kementerian Perindustrian menurunkan
threshold BK CPO. Rencana ini dinilai kontraproduktif dengan program hilirisasi industri sawit.
"Memang wacana Kementerian Perindustrian untuk menurunkan batas bawah harga CPO yang dikenakan bea keluar ini agak membingungkan tujuannya. Ketidakpastian seperti ini bisa menghasilkan sinyal buruk bagi investasi kelapa sawit," tutur Fadhil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apabila alasan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara, Fadhil menilai penurunan
threshold BK CPo justru akan menyebabkan industri sawit menjadi lesu. Sebab, biaya yang dikeluarkan pengusaha sawit untuk ekspor akan semakin tinggi, sedangkan nilai ekspornya justru terdepresiasi.
Fadhil Hasan menilai penetapan ambang batas harga BK CPO sebesar US$ 750 per metrik ton sudah ideal bagi industri kelapa sawit. Karenanya, dia meminta pemerintah untuk tidak terburu-buru mengoreksi
threshold tersebut.
"Harga CPO kan fluktuatif, kalau misalnya naik lagi ya komoditas kita tetap kena bea keluar. Ini cuma sementara saja sepertinya, kuartal ke-dua 2015 sudah mulai membaik baik dari segi harga maupun produksi," tambah Fadhil.
Gapki mencatat rata-rata harga CPO pada 2014 berkisar US$ 818,2 per metrik ton, turun 2,8 persen dibandingkan dengan rata-rata harga tahun sebelumnya US$ 841,71 per metrik ton. Kendati demikian, memasuki bulan Oktober 2014 hingga Desember 2014, harga CPO anjlok di bawah US$ 750 per metrik ton sehingga bebas BK.
(ags/ags)