Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi pengembang properti, Real Estate Indonesia (REI), menyambut baik rencana pemerintah melakukan intervensi suku bunga fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) dari 7,25 persen menjadi 5 persen. Namun, REI berharap kebijakan ini diikuti dengan penurunan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) non subsidi guna mendukung bisnis properti di Tanah Air.
Ketua Umum REI Eddy Hussy menilai penurunan bunga FLPP sebesar 2,25 persen dari tingkat bunga sebelumnya dapat membantu mengurangi beban cicilan bulanan rumah. Kebijakan ini juga juga dapat menarik minat masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk membeli rumah dengan memanfaatkan fasilitas ini.
"Sebenarnya dengan angka lima persen ini sudah cukup membantu masyarakat yang menggunakan FLPP. Sifat kredit properti kan beda dengan kredit umum. Sifat kreditnya jangka panjang, bisa mencapai 10 hingga 20 tahun sehingga apabila diturunkan satu persen saja maka hal tersebut dapat meringankan penggunanya," jelas Eddy ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (7/1).
Menurut Eddy, pihaknya sudah memberikan saran kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terkait perhitungan angka yang ideal bagi penurunan bunga FLPP tersebut. "Angka pastinya sedang dibahas pemerintah dan sampai kini kami juga belum menerima kabar kapan tingkat bunga yang baru ini akan diberlakukan. Semuanya tergantung pemerintah," ujar eddy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eddy menambahkan rencana penurunan bunga FLPP juga sebaiknya diikuti dengan penurunan bunga kredit pinjaman rumah non subsidi demi mendukung bisnis properti. Kendati demikian, penurunan bunga KPR non-subsidi tidak menjadi prioritas sektor properti saat ini mengingat tujuan penurunan bunga FLPP adalah untuk meningkatkan daya beli golongan MBR dalam memiliki unit-unit rumah, bukan dilandasi motivasi bisnis.
Selain itu, Ketua Umum REI berharap pemerintah segera memastikan waktu dimulainya pelaksanaan FLPP ini agar akses rumah kepada sasaran kebijakan dapat semakin lebar. "Lebih cepat lebih baik," tutur Eddy.
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono sendiri pernah mengatakan bahwa bunga FLPP memang akan diturunkan dari 7,25 persen ke 5 persen atas arahan Wakil Presiden.
"Kalau bunganya sebesar 7,25 persen maka cicilan per bulannya menjadi Rp 800 ribu per bulan. Kalau mau diturunkan lagi misalnya Rp 600 ribu hingga 700 ribu maka bunganya mungkin 5 persen," ujar Basuki di kantor Wakil Presiden pada akhir bulan lalu.
(ags/ags)