CORE: Depresiasi Rupiah dan Harga Minyak Bakal Picu Inflasi

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 03 Mar 2015 16:05 WIB
Badan Pusat Stastistik (BPS) merilis pada Februari 2015 telah terjadi deflasi sebesar 0,36 persen dibandingkan dengan bulan Januari 2015.
Seorang pegawai menghitung mata uang dolar AS yang akan ditukarkan di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Senin (2/3). Nilai tukar rupiah ditutup turun 0,29% ke Rp12.970 per dolar AS setelah sempat menyentuh angka Rp13.001 per dolar AS pada awal perdagangan. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Center of Reform on Economics (CORE) memperkirakan kombinasi depresiasi rupiah dan perkiraan naik harga minyak dunia akan memicu inflasi pada bulan ini. CORE Indonesia memprediksi inflasi Maret 2015 akan berada di kisaran 0,4 persen dibandingkan deflasi bulan sebelumnya.

Mohammad Faisal, Direktur Riset CORE Indonesia, menuturkan ada beberapa faktor yang menyebabkan rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).Tekanan pertama berasal dari kecenderungan penguatan dolar AS di pasar uang global.

“Kedua, karena sampai sekarang neraca perdagangan masih cenderung defisit, kurang mendukung untuk penguatan rupiah, FDI (foreign direct investment) juga kurang,” jelasnya di Jakarta, Selasa (3/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, kecenderungan indeks harga konsumen (IHK) sejauh ini masih mengarah ke deflasi kendati harga beras sempat melonjak. Namun, harga bahan bakar minyak (BBM) yang kembali naik menjadi sinyal pembalikan harga minyak dunia yang sejak awal tahun telah naik hingga 20 persen ke level US$ 52-59 per barel.

“Maka inflasi kedepan akan semakin tinggi. Dua bulan kemarin deflasi karena penurunan BBM berdampak pada Januari untuk biaya transportasi. Untuk Maret saya perkirakan ada inflasi tipis di bawah 0,4 persen,” jelasnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Stastistik (BPS) merilis pada Februari 2015 telah terjadi deflasi sebesar 0,36 persen dibandingkan dengan bulan Januari 2015. Deflasi tersebut terjadi meski harga komoditas pangan seperti beras dan gas elpiji merangkak naik akhir Februari.

"Disebabkan turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) pada 19 Januari dari Rp 8.600 menjadi Rp 6.700 per liter. Harga rata-rata Januari masih lebih tinggi dibandingkan Februari," ujar Deputi Bidang Distribusi Statistik dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo di kantor Pusat BPS, Jakarta (2/3).

Sementara, tercatat deflasi tahun kalender 0,61 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun 6,29 persen dengan inflasi inti 0,34 persen dari bulan Januari 2015 dan 5,96 persen untuk inflasi inti dari tahun. (ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER