Jakarta, CNN Indonesia -- Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) menuntut pemerintah mengupayakan bunga murah atas kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Rezim bunga murah dinilai IWAPI penting bagi industri nasional dalam menghadapi ketatnya persaingan di era MAsyarakat Ekonomi Asan (MEA).
"Kami memelajari dari kunjungan kami ke Vietnam beberapa waktu lalu, sumber daya manusia UMKM dari negara seperti Thailand dan Vietnam sudah diajari bahasa Indonesia demi memasuki pasar kita. Maka dari itu, sektor UMKM kita harus diperkuat salah satunya dengan penurunan bunga kredit bagi usaha mikro," ujar Ketua Umum IWAPI Nita Yudi di Kementerian Perindustrian, Senin (23/3).
Nita menilai bunga Kredit UMKM saat ini di kisaran 14 persen masih terlalu tinggi. Bahkan, lanjut Nita, persentase bunga kredit UMKm bisa melonjak menjadi 21 persen hingga 24 persen jika tidak disertai dengan jaminan pembiayaan (collateral).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menemukan bahwa akibat bunga tinggi tersebut, masyarakat semakin tidak tertarik untuk menggeluti usaha mikro. Kami inginnya bunga kredit mikro ini turun hingga 4 atau 5 persen," tuturnya.
Ia juga menyoroti hal ini karena sebagian besar pelaku usaha sektor mikro adalah wanita. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, sekitar 60 persen dari 54,5 juta pelaku usaha UMKM berjenis kelamin wanita.
"Bunga UMKM rendah ini juga bisa melindungi pengusaha perempuan kita dari serangan UMKM luar. Selain itu, kita juga inginkan agar pelatihan bagi wanita pelaku usaha UMKM kita yang lakukan, daripada Pemerintah Daerah bikin pelatihan tapi tidak jelas siapa yang dilatih," katanya.
IWAPI sendiri menaungi lebih dari 30 ribu pengusaha wanita se-Indonesia yang bergerak di sektor usaha kuliner, garmen, kecantikan, dan kerajinan tangan.
(ags)