Penuh Ketidakpastian, OECD Minta BI Hati-Hati Tetapkan Bunga

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Kamis, 26 Mar 2015 08:22 WIB
OECD memperkirakan tingkat suku bunga jangka pendek akan bergerak di kisaran 7 persen pada tahun ini dan turun kembali menjadi 6,6 persen pada 2016.
Sekjen OECD Angel Gurria (kiri), Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro (tengah) dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan memberikan keterangan pers di peluncuran Indonesia Economic Survey and Education Policy Review, Jakarta, Selasa (25/3). (CNN Indonesia/Agust Supriadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengingatkan Bank Indonesia untuk berhati-hati dalam menentukan suku bunga acuan di tengah ketidakpastian keuangan global. Salah satu yang harus menjadi perhatian bank sentral antara lain ketergantungan Indonesia yang cukup tinggi terhadap sumber pendanaan eksternal.

"Meskipun pasar keuangan sebagian telah memperhitungkan efek normalisasi kebijakan moneter yang terjadi di Amerika Serikat, Indonesia masih tetap rentan terhadap kenaikan suku bunga internasional mengingat bahwa kebutuhan pendanaan eksternal masih tetap signifikan," ujar Sekretaris Jenderal Angel Gurria pada acara peluncuran OECD Economic Survey on Indonesia di Jakarta, Rabu (26/3).

Menurut Gurria, defisit transaksi berjalan Indonesia masih akan tetap tinggi pada tahun ini,  yang sebagain diakibatkan oleh pendapatan yang lebih rendah dari sektor ekstraksi pertambangan, seiring dengan menurunnya harga komoditas. Neraca fiskal atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga diperkirakan tetap mengalami defisit, tetapi masih di level yang aman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Permintaan ekspor dari mitra dagang, khususnya Tiongkok, mungkin tidak pulih secepat yang diperkirakan dan harga komoditas dapat menjadi semakin melemah," jelasnya.

Berdasarkan hasil surveinya, OECD memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia akan melandai ke kisaran 2,8 persen PDB pada tahun ini dan menyentuh 2,5 persen PDB pada 2016. Demikian pula dengan defisit APBN, pada tahun ini diyakini sekitar 2 persen PDB dan menjadi 1,8 persen PDB pada tahun depan.

Sejalan dengan proyeksi tersebut, OECD memperkirakan tingkat suku bunga jangka pendek akan bergerak di kisaran 7 persen dan turun menjadi 6,6 persen pada 2016. Hal ini selaras dengan pergerakan inflasi yang dipercaya akan semakin turun ke level 4,8 persen pada 2015 dan menjadi 4 persen pada 2016.

"Di masa mendatang, BI perlu tetap mengambil sikap berhati-hati dalam mengubah kebijakannya, dengan memperhitungkan faktor eksternal maupun internal, khususnya terkait dengan isyarat bahwa percepatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri tidak akan secepat yang diproyeksikan sebelumnya," tuturnya.

Sebelumnya, Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksi inflasi Indonesia akan melaju di kisaran 5,5 persen pada tahun ini, sebelum melandai ke level 4 persen pada tahun depan. Sejalan dengan proyeksi tersebut, defisit neraca transaksi berjalan akan berada di kisaran 2,8 persen dan menyentuh 2,4 persen pada 2016.

Berdasarkan prospek positif sejumlah indikator makroekonomi, ADB meyakini kredit domestik Indonesia akan tumbuh 15 persen pada tahun ini. Kenaikan kredit seiring dengan tingkat suku bunga yang diyakini akan melandai sepanjang 2015. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER