Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan properti yang tengah terjerat kasus suap, PT Sentul City Tbk. membukukan penurunan laba bersih sepanjang 2014. Perseroan mencetak laba bersih Rp 40,79 miliar pada tahun lalu, jeblok 93,26 persen dari perolehan 2013 senilai Rp 605,15 miliar.
Investor Relations Sentul City, Fransetya Hutabarat mengatakan meski perseoran berhasil membukukan kenaikan laba usaha sebesar 163,76 persen dari yang semula Rp 68,82 miliar di tahun 2013 menjadi Rp 180,98 miliar pada 2014, tetapi laba bersih tercatat melemah.
“Hal itu disebabkan karena pada tahun 2013 perseroan membukukan keuntungan atas akuisisi tambahan 15 persen saham PT Bukit Jonggol Asri,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat (3/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
KY Akan Periksa Saksi Pertemuan Bos Sentul City dan Hakim MADia menjelaskan, pembukuan keuntungan ini merupakan one off transaction yang tidak berulang dan bukan merupakan hasil dari performa operasional inti perseroan, sehingga apabila keuntungan tersebut dihilangkan dari laporan laba rugi perseroan tahun 2013, maka sebetulnya perseroan membukukan peningkatan pada laba bersih pada 2014.
Untuk diketahui, PT Bukit Jonggol Asri tersebut merupakan anak usaha Sentul City yang terjerat kasus penyuapan kepada mantan Bupati Bogor, Rachmat Yasin terkait rekomendasi tukar-menukar kawasan hutan.
Rachmat Yasin mengaku menerima duit miliaran rupiah dari terdakwa kasus suap ruislag hutan Bogor sekaligus Bos Sentul City, Kwee Cahyadi Kumala alias Swie Teng. Duit diterima sebelum Rachmat menerbitkan surat rekomendasi tukar menukar kawasan hutan seluas 2.754 hektar yang diajukan perusahaan pimpinan Swie Teng, PT Bukit Jonggol Asri.
Melalui Direktur Utama PT Bukit Jonggol Asri, Yohan Yapp, perseroan diduga menyuap Rachmat Yasin Rp 4,5 miliar untuk mendapatkan surat rekomendasi alih fungsi hutan menjadi lahan perumahan komersial dari Pemerintah Kabupaten Bogor.
Lebih lanjut, kinerja Sentul City dari pos pendapatan juga diketahui memburuk. Hal itu sebenarnya merupakan awal buruknya kinerja perseroan pada 2014. Pendapatan Sentul City pada 2014 tercatat Rp 712,47 miliar, anjlok 25,94 persen dari tahun sebelumnya, Rp 961,98 miliar.
“Penyebab penurunan ini adalah karena tidak adanya block sales atau penjualan tanah dalam jumlah besar, yang bukan merupakan kegiatan inti Perseroan di tahun 2014, dan tidak dibukukannya pendapatan dari JungleLand yang telah dijual oleh Perseroan kepada Bakrieland,” ungkap Fransetya.
Dia mengklaim, perseroan membukukan block sales sebesar Rp 216,16 miliar pada 2013. Namun apabila dilihat dari setiap sektor pendapatan perseroan, maka sektor pendapatan property perseroan secara retail (tanpa block sales) tumbuh 15,21 persen.
Pertumbuhan ini, lanjutnya, disebabkan oleh delivery produk property yang meningkat dan juga pengakuan pendapatan atas progress pembangunan Sentul Tower Apartment dan Alana AhPoong Condotel.
“Perseroan akan terus membenahi organisasi internal, terutama tim proyek dan konstruksi agar dapat menunjukkan performa yang lebih baik di tahun 2015. Selain itu perseroan juga akan mencari sumber recurring income yang baru setelah divestasi JungleLand yang mendukung konsep township mandiri yang dibawa oleh perseroan,” kata Fransetya.
(adt/gen)