Menristek: Indonesia Harus Move On ke Listrik Tenaga Nuklir

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 12 Mei 2015 12:39 WIB
Menristek Mohamad Nasir menargetkan pada 2025, Indonesia sudah memiliki lima reaktor nuklir yang bisa menghasilkan listrik 1.400 MW.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menrestek Dikti) Mohammad Nasir (kiri). (ANTARA FOTO/Rudi Mulya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) berencana mendukung wacana pengembangan tenaga nuklir untuk pembangkit listrik yang digulirkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Menristek Mohamad Nasir mengatakan sebagai bentuk dukungan atas wacana tersebut, instansinya akan mendorong dilakukannya penelitian pengembangan nuklir di laboratorium perguruan tinggi.

"Kami sampai saat ini sudah menyiapkan research and development rekayasa daya eksperimen nuklir power plant yang dibangun untuk edukasi," ujar Nasir saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (12/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nasir mengatakan saat ini instasinya sedang melakukan uji kelayakan pembangunan satu lagi reaktor nuklir berkapasitas 30 MW di Serpong. Menurutnya Indonesia saat ini sudah punya tiga reaktor nuklir berskala kecil di Bandung, Serpong, dan Yogyakarta.

"Yang menghasilkan sekitar 30 MW. Ini sifatnya riset, kalau yang komersial urusannya Kementerian ESDM," katanya.

Pentingnya Sosialisasi

Ia mengatakan perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat terhadap penggunaan nuklir sebagai alternatif sumber energi terbarukan. Ia berharap masyarakat tidak perlu takut terhadap nuklir, sebab saat ini sudah banyak negara yang membangun PLTN. Nasir menilai bila tidak segera membangun PLTN, maka Indonesia akan tertinggal dengan negara lain.

"Saya sudah coba sosialisasikan, saya rasa sudah waktunya. Kalau tidak kita ketinggalan. Tahun 2025 sudah harus selesai terbangun reaktor sebanyak lima pasang yang bisa menghasilkan listrik 1.400 MW," katanya.

Nasir menjelaskan, Indonesia harus bekerjasama dan belajar dengan negara-negara yang sudah terlebih dahulu menggunakan nuklir sebagai sumber energi. Seperti Jerman, Finlandia, Rusia, Jepang, dan Korea selatan. Nasir mengaku banyak mendapat pernyataan minat dari negara lain yang berlomba-lomba untuk berinvestasi di bidang PLTN di Indonesia.

"Kita harus move ke nuklir power plant, kalau tidak kita ketinggalan," katanya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER