Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta perbankan daerah melakukan sinergi untuk bersiap menghadapi helatan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dia menilai sudah saatnya Bank Pembangunan Daerah (BPD) berkonsolidasi agar tidak tergilas.
Jokowi mengatakan, sebelumnya dalam pertemuan dengan para perwakilan Badan Usaha Milik Negara, dia menyampaikan potensi yang besar dengan adanya pembentukan holding. Namun, menurutnya, dalam hal BPD, sinergi saja cukup.
“BPD juga sama, kalau bisa gabung dengan sinergi, entah konsolidasi atau konsorsium akan menjadi kekuatan fantastis di daerah. Kita ingat, sebentar lagi MEA sudah buka, hati-hati. Kalau kita tidak rukun, bisa jadi penonton. Kalau rukun bisa jadi kekuatan fantastis,” jelasnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (26/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, lanjutnya, jika BPD mau bersinergi, akan ada efisiensi biaya operasional yang sangat besar nantinya. Selain itu, Jokowi menilai ada juga penguatan struktur permodalan karena menjadi lebih gampang mencari modal.
“Bicarakan antar BPD. Yang paling penting juga ada peningkatan kepercayaan, ini masalah brand image. Akan ada persepsi yang muncul kalau transformasi BPD berhasil. Sekarang ini yang namanya persepsi dan citra membangun brand sangat pennting. Yang penting juga peluang ekspansi pasar akan terbuka,” ungkapnya.
Dia juga menginginkan BPD dalam negeri menjadi besar dan juga lincah menangkap peluang. Menurutnya, jangan sampai peluang berseliweran di depan mata tidak bisa diambil BPD.
“Karena apa? Permodalannya kurang? Karena infrastruktur? Kalau ditangani sendiri memang sulit, makanya sebaiknya punya teman BPD yang lain, itu yang harus dipikirkan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Jokowi juga meminta BPD mengubah mindset atau pola pikir dalam berekspansi. Dia meminta BPD, yang notabene merupakan perbankan lokal, tetapi memiliki pola pikri secara global agar bisa bersaing.
“Sekali lagi, kita memerlukan sebuah pengembangan mindset global. Jangan karena BPD bank lokal, maka mindsetnya lokal. Berbahaya sekali karena sebentar lagi yang namanya batas negara sudah enggak ada, terutama di Asean,” jelasnya.
“Saya enggak takut masuk ke MEA. Tapi kalau enggak siap, ada yang tergilas nanti. Ini pertarungan sistem, SDM, dan mindset yang kalau tidak kita ubah, betul tergilas. Kita harus berpikir strategis sekarang. 10 tahun yang akan datang, BPD akan menjadi apa? Harus disiapkan dari sekarang. Kalau tidak, tahu-tahu bisa tinggal nama,” tegasnya.
Desak Dukungan dan Pengawasan PemdaJokowi menyatakan pihaknya belum mengetahui apakah dalam jangka panjang perlu dibentuk super holding atau holdingnisasi. Namun, menurutnya transformasi internal sangat diperlukan untuk memperbaiki.
“Gubernur enggak usah ragu menyuntikkan penyertaan modalnya. DPRD juga enggak usah sulit-sulit menyetujui,” tegasnya.
Namun, lanjutnya, pemda perlu mengawal pembenahan manajemen di BPD. Menurutnya perlu adanya pengawasan. Salah satu contohnya, jangan sampai di bandingkan dengan bank lain, tingkat kredit macetnya (
non performing loan/NPL) lebih tinggi.
“Berapa sekarang NPL-nya? 4 persen? Ada juga NPL yang lain yang saya dengar tinggi sekali. Kalau rata-rata perbankan kita NPL-nya 2 persen, masak mengelola yang lebih kecil tapi NPL-nya lebih besar? Logika saya seperti itu,” jelasnya.
(gir/gir)