Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan penyelesaian proyek revitalisasi alur pelayaran Barat dan pengembangan terminal Teluk Lamong di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jumat (22/5).
Menurut Jokowi, dengan semakin banyaknya jumlah pelabuhan di Indonesia yang meningkat kapasitat kapasitasnya maka sudah sepatutnya hal tersebut mampu menekan biaya logistik yang tinggi. Peningkatan kapasitas pelabuhan menurut Jokowi menjadi salah satu cara untuk memanfaatkan keunggulan geografis Indonesia yang dua pertiga wilayahnya berupa perairan.
“Setelah Tanjung Perak ini, nantinya akan ada pengembangan Kuala Tanjung di Belawan lalu Pelabuhan Makassar juga akan dimulai pengembangannya hari ini, dilanjutkan Sorong yang akan dikerjakan Juli atau Agustus. Kalau pelabuhan sudah semakin terintegrasi, harusnya biaya logistik akan turun separuh atau minimal sepertiganya,” kata Jokowi di Surabaya, dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Jumat (22/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jokowi, persaingan pelabuhan sekarang ini sudah bukan lagi persaingan antar provinsi, antar kota, atau antar kabupaten, tetapi sudah antar negara. Oleh karena itu, jika Indonesia tidak berhasil menurunkan biaya transportasi dan logistik maka akan sulit bagi Indonesia untuk bersaing.
“Kalau bisa menurunkan traffick cost-nya, bisa menurunkan loading dan unloading cost-nya, bisa menurunkan saving cost-nya barang-barang kita, saya yakin bisa bersaing dengan produk-produk dari negara yang lain,” tutur Jokowi.
Minimal 200 HektareUntuk bisa menurunkan biaya logistik, Jokowi meminta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memerintahkan pembangunan pelabuhan berukuran besar. Jokowi menyebut angka 2 ribu hektare sebagai luas minimal lahan yang dibutuhkan untuk melakukan pengembangan pelabuhan.
“Jangan hanya 10-20 hektare. Minimal 2 ribu hektare sehingga semuanya terintegrasi disitu. Termasuk kawasan industrinya sampai pembangkit listriknya. Itu akan membuat industri lebih dekat dengan pelabuhan,” katanya.
Jokowi menyebut pembangunan Terminal Teluk Lamong oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III sebagai contoh ideal pengembangan pelabuhan. Namun, ia berharap kapasitas Teluk Lamong yang pada tahap awal di desain untuk melayani 1,5 juta TEUs peti kemas per tahun bisa naik menjadi 5,5 juta TEUs pada 2020.
“Meningkatkannya harus meloncat tiga sampai empat kali. Kalau tidak seperti itu, biaya transportasi, biaya-biaya logistik kita akan mahal sekali,” tutur Jokowi.
Terminal Teluk Lamong dikelola oleh Pelindo III yang difungsikan untuk melayani peti kemas domestik, peti kemas internasional dan curah kering (food green) dengan standar pangan. Terminal yang memiliki luas area 38 hektare itu adalah satu-satunya terminal pelabuhan di Indonesia yang menerapkan konsep Go Green sehingga dalam operasionalnya menggunakan peralatan sumber daya listrik dan meminimalkan mesin diesel. Hanya truk berbahan bakar gas yang diizinkan beroperasi dan kini Terminal Teluk Lamong telah dilengkapi dengan dua unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas.
(gen)