Laba Perusahaan Investasi Sandiaga Uno Jeblok 98 Persen

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 28 Mei 2015 16:03 WIB
Analis menilai penurunan kinerja Saratoga tersebut disebabkan oleh melemahnya ekonomi Indonesia yang berimbas ke nilai investasi perseroan.
Pengusaha dan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia PB PRSI, Sandiaga Uno. (Detikcom/Rengga Sancaya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan investasi milik Sandiaga S. Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk mengalami penurunan kinerja. Sepanjang kuartal I 2015, perseroan hanya mencetak laba bersih Rp 8,78 miliar, jeblok 98 persen dari raupan pada triwulan pertama 2014 sebesar Rp 444,25 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dikutip pada Kamis (28/5), Saratoga mencetak penurunan pendapatan menjadi Rp 1,07 triliun dari periode sebelumnya Rp 1,57 triliun. Beban pokok pendapatan juga turun menjadi Rp 793,6 miliar dari Rp 1,4 triliun.

Hal tersebut sebenarnya sukses membuat laba kotor yang dikantongi Saratoga meningkat menjadi Rp 280,25 miliar dari Rp 164,89 miliar. Lebih lanjut, laba usaha juga meningkat menjadi Rp 203,83 miliar dari Rp 113,69 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun sayangnya, hal tersebut terhantam adanya rugi selisih kurs yang mencapai Rp 118,38 miliar. Padahal sebelumnya Saratoga berhasil mengantongi laba kurs hingga Rp 159,33 miliar. Hal itu membuat laba sebelum pajak terjerembab menjadi Rp 159,53 miliar dari sebelumnya Rp 533,75 miliar.

Dari sisi aset, hingga 31 Maret 2015, Saratoga mencatatkan nilai hingga Rp 15,98 triliun, turun dari akhir tahun lalu Rp 16,34 triliun. Sementara itu liabilitas tercatat Rp 4,46 triliun dari Rp 4,76 triliun dan ekuitas menjadi Rp 11,52 triliun dari Rp 11,57 triliun.

Edwin Sebayang, Kepala Riset PT MNC Securities mengatakan, penurunan kinerja Saratoga tersebut disebabkan oleh melemahnya ekonomi Indonesia yang berimbas ke nilai investasi perseroan. Dia menjelaskan, selaku perusahaan investasi, Saratoga memang rentan dan harus cermat dalam memilah target investasi.

“Terkait rugi selisih kurs, ya kita semua tahu kemarin bagaimana rupiah jeblok terhadap dolar AS. Memang perusahaan investasi dengan portofolio yang tersebar sebaiknya berhati-hati dengan pergolakan nilai tukar,” jelasnya kepada CNN Indonesia, Kamis (28/5).

Terbitkan Surat Utang Dolar AS

Meski kinerja kuartal I 2015 perseroan terjungkal karena rugi selisih kurs, nyatanya Saratoga melalui anak usahanya, Delta Investment Horizon International Ltd. malah menerbitkan guaranteed exchangable bonds senilai US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,32 triliun dengan kupon 3 persen per tahun.

Sekretaris Perusahaan Saratoga Ira Dompas, menyatakan surat utang tersebut bakal jatuh tempo pada 2020 dan memiliki opsi untuk ditukar menjadi saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. yang dimiliki oleh Delta Investments Horizon International Ltd.

"Perseroan bertindak sebagai penjamin atas obligasi dan exchangable bonds itu diterbitkan dan didistribusikan pada 26 Mei 2015," jelasnya dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia, Rabu (27/5/2015).

Untuk melancarkan proses penerbitan surat utang global tersebut, perseroan telah menandatangani perjanjian (trust deed) dengan Delta sebagai penerbit dan The Bank of New York Mellon Cabang London sebagai wali amanat.

Saratoga juga menyepakati proses paying, transfer, and agency agreement dengan Delta sebagai penerbit, The Bank of New York Mellon (Luxembourg) S.A. sebagai registrar dan The Bank of New York Mellon Cabang London sebagai wali amanat.

Edwin menilai rencana Saratoga untuk menerbitkan obligasi global tersebut sebaiknya diikuti dengan kehati-hatian. Pasalnya penerbitan obligasi dengan denominasi dolar AS sangat rentan untuk saat ini, di mana rupiah masih fluktuatif.

“Kalau perlu, perusahaan melakukan hedging (lindung nilai). Namun opsi penukaran dengan saham Tower Bersama sedikit mendukung hal tersebut,” jelasnya.

Dia menilai, opsi penukaran obligasi dengan saham Tower Bersama tersebut merupakan hal yang lumrah dalam dunia investasi. Edwin menilai hal itu dilakukan perusahaan untuk dapat mengalihkan dana yang diperoleh ke target investasi lainnya, tanpa harus mengeluarkan banyak dana.

“Sebenarnya saya melihat itu semacam 'repo' saham. Jadi biasa lah, perusahaan mau 'menyekolahkan' dananya di investasi yang lain,” ungkapnya. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER