Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan pengembang kawasan industri, PT Puradelta Lestari telah resmi mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan nilai 10 persen dari modal disetorkan. Kendati demikian, penerbitan saham tersebut ternyata lebih kecil dari target sebelumnya yaitu sebesar 20 persen dari modal perusahaan.
Direktur Puradelta Hermawan Wijaya mengatakan pemotongan jumlah saham yang dilepas ke publik (initial public offering/IPO) diakibatkan oleh kondisi makroekonomi yang tak stabil sehingga perusahaan tak mau mengambil risiko lebih jauh. Bahkan, harga yang dilepas pun sebesar Rp 210 per lembar saham, atau harga batas terendah dari harga jual yang awalnya dibanderol Rp 210 hingga Rp 350 per saham.
"Secara perusahaan sih tidak ada yang salah memang, tapi karena ekonomi sedang bergejolak maka kami terbitkan 10 persen dari modal dengan harga Rp 210 per saham,” tutur Hermawan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (29/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puradelta melepas 4,81 miliar saham melalui proses
Initial Public Offering (IPO), atau sebesar 10 persen dari modal disetor. Padahal sebelumnya, perusahaan menginginkan pelepasan saham sebesar 10,84 miliar saham, atau 20 persen dari modal total.
Melalui IPO ini, perusahaan menyerap dana sebesar Rp 1,12 triliun. Meskipun penyerapan dana ini lebih sedikit dibandingkan target awal yaitu Rp 3,25 triliun, namun perusahaan yakin IPO ini bisa digunakan untuk menutupi kebutuhan belanja modal 2015.
"Belanja modal pada tahun ini sebesar Rp 1,2 triliun atau lebih besar dari tahun kemarin yang sebesar Rp 800-an miliar. Kami masih bisa menutupi belanja modal tesebut, terlebih kami masih punya kas internal sebesar Rp 1,4 triliun per Desember 2014," tambahnya.
Rencananya, Puradelta akan menggunakan belanja modal tahun ini untuk pembangunan infrastruktur sebesar 60 persen, pembebasan lahan sebesar 30 persen, dan sepuluh persen untuk modal kerja. Untuk pembebasan lahan, perusahaan berupaya untuk mengakuisisi lahan sebesar 120 hingga 135 hektar yang terletak di selatan kompleks.
"Namun kami masih belum tahu berapa nilai akuisisi mengingat masih negosiasi. Tapi yang pasti, akuisisi akan dilakukan tahun ini," tegas Hermawan.
Sebagai informasi, perusahaan pada awalnya juga ingin melakukan IPO pada 2013 lalu namun terhambat masalah kondisi makroekonomi. Harga penawaran saat itu sempat dipatok Rp 205-Rp 255 per saham, dan target dana yang diharapkan kala itu mencapai Rp 2,22 triliun hingga Rp 2,77 triliun.
(gen)