Jakarta, CNN Indonesia -- Pengusaha angkutan darat pesimistis mampu meraup berkah Lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya. Adanya perlambatan ekonomi disinyalir sebagai penyebab utama penurunan jumlah pemudik yang menggunakan bus antar kota antar provinsi (AKAP).
"Saya takut perlambatan ekonomi ini memberikan peluang lebih besar lagi untuk kendaraan pribadi karena hitung-hitungannya memang bisa jauh lebih murah walaupun sebenarnya aspek
safety-nya belum tentu dikedepankan," kata Eka Sari Lorena Soerbakti, Presiden Direktur PT Ekasari Lorena Transport Tbk ketika ditemui di Jakarta, Rabu (17/6).
Mantan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) ini memahami melambatnya perekonomian mau tak mau mendorong pemudik untuk mendahulukan aspek ekonomi dibandingkan aspek keselamatan. Padahal, tidak semua orang terbiasa mengemudi dalam jarak jauh apalagi dalam situasi jalan yang tidak normal seperti waktu mudik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dengan situasi tidak normal macet dan lain-lain, panas, stres, puasa, dan jarak jauh mereka (pemudik) dipaksakan untuk bepergian antar kota yang notabene tidak semua orang terbiasa. Itu saja faktor keamanannya tidak terjamin. Yang kedua, dengan situasi tidak normal membuat orang lebih emosional, lebih gampang
fatigue,” ujarnya.
Turun 30 Persen
Selain itu, lanjut Eka, kalaupun ada penumpang yang memilih menggunakan angkutan umum, penumpang tersebut akan menurunkan kelas tiket yang biasa dibeli karena alasan keterbasan dana.
“Ekonomi kan melambat pasti pembelian itu menurun atau mereka (penumpang) beli ke kelas yang lebih rendah misalnya biasanya dia (penumpang) beli yang kelas eksekutif sekarang dia (penumpang) beli kelas yang ekonomi karena dananya tidak ada,” tutur Eka.
Lebih jauh Eka mengungkapkan penurunan jumlah pengguna angkutan umum darat bisa mencapai 20 hingga 30 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Tapi yang lain juga sama, seperti angkutan udara meskipun kelihatannya ramai, tetapi turun 30 persen hingga 40 persen,” tuturnya.
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pemudik yang menggunakan angkutan darat diperkirakan akan mencapai 4,9 juta orang atau turun sekitar -5.97 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,2 juta orang. Sementara itu, jumlah angkutan pribadi pemudik diperkirakan naik 5,8 persen menjadi 1,7 juta kendaraan.
Disinsentif Kendaraan PribadiDalam kesempatan yang sama, Bona Frazila Russ selaku peneliti Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkapkan perlu ada disinsentif kendaraan pribadi apabila pemerintah ingin mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum lebaran.
“ Disinsentif itu bukan berarti dibikin mahal saja (untuk menggunakan kendaraan pribadi) tetapi kalau untuk kendaraan motor ditegakkan aturannya nggak boleh penumpangnya lebih dari dua, kemudian jalurnya dikecilkan jangan dicampur dengan truk-truk besar, misalnya,” ujar Bona.
Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan subsidi pada angkutan umum sehingga dapat menurunkan tarifnya pada waktu mudik.
“Pada waktu Lebaran, angkutan umum malah tarifnya lebih mahal, sehingga orang pilihannya ke kendaraan pribadi. Kalau di negara-negara lain, Turki contohnya, angkutan Lebaran itu malah dimurahin bahkan digratisin,” jelasnya.
(gir/gir)