Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetiantono menilai reshuffle kabinet bidang ekonomi diperlukan karena jajaran menteri yang membidangi dianggap sudah tak kredibel. Menurutnya, aksi kabinet ekonomi sekarang tak sesuai dengan target-target tinggi yang dibuat.
"Menteri-menteri ekonomi sekarang semakin lama semakin tidak kredible. Mereka bikin target yang terlalu optimistis, padahal sekarang pelemahan ekonomi sedang melanda Indonesia dan tidak ada aksi konkrit yang dilakukan oleh mereka," ujar Tony di Jakarta, Kamis (2/7).
Salah satu contohnya, kata Tony, target penerimaan pajak yang terlampaui tinggi, yakni naik dari Rp 1.072 triliun pada tahun lalu ke angka Rp 1.484 triliun pada tahun ini. Selain itu, target Menteri Perdagangan yang menginginkan peningkatan ekspor sebesar 300 persen selama lima tahun ke depan juga dianggapnya sebagai target yang tak realistis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang mau meningkatkan pajak tapi pertumbuhan ekonomi kita sedang melambat. Kuartal I saja 4,7 persen. Lalu ada juga menteri yang yakin bisa swasembada pangan dalam tiga tahun. Tapi begitu melihat aksi dan realisasinya, ternyata cukup berbeda. Makanya tak heran reaksi pasar modal pun meragukan aksi yang mereka lakukan," jelasnya.
Menurutnya, Indonesia kini butuh sosok ekonom yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pasar. Dalam kunjungan Tony ke Istana Presiden beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui jajaran menteri ekonominya tak ada yang punya kemampuan seperti yang diharapkan.
"Ia bahkan langsung mengatakan akan segera memasukan seorang ekonom ke dalam kabinetnya apabila ekonom tersebut memiliki star power, yaitu kekuatan yang bisa memengaruhi pasar. Dengan kata lain, apa yang ekonom itu katakan, bisa memengaruhi reaksi pasar," tutur Tony.
Jokowi kepada Tony mengakui ia harus segera melakukan reshuffle kabinet ekonomi dan mencari sosok yang memiliki pengaruh ekonomi yang kuat. Dengan berbekal kriteria yang disebutkan Jokowi, Tony berasumsi bahwa Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Keuangan perlu diganti oleh Jokowi.
"Karena kedua posisi itu sangat vital. Selain itu, posisi mereka sangat strategis. Seharusnya apa yang mereka katakan atau lakukan, bisa memengaruhi persepsi pasar," katanya.
Kendati demikian, Tony beranggapan meski reshuffle kabinet ekonomi tidak dilakukan, ekonomi masih akan tetap membaik di semester II tahun ini.
"Saya lihat ekonomi kita masih bisa bertumbuh, tapi mungkin di kisaran 5,1 hingga 5,5 persen saja di semester II. Semoga harapan itu tetap ada," tegas Tony.
(ags)