Pemerintah Klaim Rusia Bakal Realisasi Investasi Tahun Ini

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jul 2015 13:40 WIB
"Mereka sudah memastikan akan memulai pembangunan tiga proyek investasinya pada tahun ini," jelas Duta Besar Republik Indonesia bagi Rusia dan Belarusia.
Smelter Aluminium Rusal Krasnoyarsk. (REUTERS/Ilya Naymushin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mengklaim bahwa investor asal Rusia akan memulai pembangunan dari minat investasinya pada tahun ini. Dari proyek-proyek tersebut, dua proyek akan bergerak di bidang pengolahan hasil tambang (smelter) dan satu lagi adalah proyek di bidang sektor transportasi, khususnya yang terkait dengan kereta api.

"Mereka sudah memastikan akan memulai pembangunan tiga proyek investasinya pada tahun ini. Kalau bisa terlaksana, maka hasilnya bisa sangat signifikan terhadap realisasi investasi di Indonesia," jelas Duta Besar Republik Indonesia bagi Rusia dan Belarusia, Djauhari Oratmangun di Kementerian Perindustrian, (24/7).

Djauhari merinci, dua pembangunan smelter tersebut adalah smelter bauksit menjadi aluminium di Kalimantan Barat yang dilakukan oleh Russia Aluminium (Rusal) dengan nilai investasi sebesar US$ 6 miliar yang pembelanjaannya akan dilakukan secara bertahap. Selain itu, ia juga menyebutkan adanya pembangunan smelter nikel di Sulawesi oleh perusahaan bernama V Holding namun ia tak menyebutkan berapa nilai investasinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun secara lebih lanjut, Djauhari tidak menyebutkan secara lebih rinci apakah pembangunan smelter Rusal ini masih menggandeng PT Antam (Persero) Tbk atau tidak seperti perencanaan awal perusahaan. Tetapi, ia mengatakan bahwa Rusal sudah menyelesaikan berkas-berkas investasi yang diperlukan dan tinggal menunggu tanda tangan akhir dari pemerintah.

Di samping itu, proyek yang akan dimulai pembangunan berikutnya adalah kereta api sepanjang 198 kilometer yang dibangun oleh Borneo Railways di Kalimantan Timur dengan nilai proyek US$ 2,5 miliar. Djauhari mengatakan bahwa administrasi bagi pembangunan kereta api ini sudah lengkap, sehingga diharapkan pada tahun ini sudah dimulai ground breaking.

"Perusahaan-perusahaan yang mau merealisasikan investasinya disini adalah perusahaan-perusahaan besar, sehingga kami yakin proyek-proyek ini bisa diselesaikan oleh mereka," tambahnya.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Antam Johan Nababan mengatakan untuk awalan, perusahaan bakal bekerjasama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) terkait pembangunan smelter di Mempawah, Kalimantan Barat. Setelah itu, Antam akan mencari pihak ketiga untuk ikut andil setelah melalui proses tender.

"Jadi dengan Inalum nanti kami berdua jadi mayoritas, kemudian mencari pihak ketiga. Sekarang masuk tahap pembahasan tender dan pemilihan pihak ketiga," ungkap Johan kepada CNN Indonesia.

Johan mengungkapkan, manajemen Antam menargetkan bisa melakukan ground breaking pada kuartal II 2016. Sementara itu, terkait siapa saja pihak ketiga yang sudah tertarik untuk terlibat dalam proyek tersebut, Johan menyatakan ada perusahaan dari beberapa negara.

"Ada dari Dubai Alumunium (Dubal), Russia Alumunium (Rusal), dan dari China," ungkap Johan.

Ia menyatakan, manajemen Antam menurutnya masih melihat plus minus dari tiap perusahaan yang mengajukan pinangan. Rusal, lanjut Johan, masih dilihat keseriusannya karena menurutnya utilisasi perusahaan tersebut dinilai belum maksimal.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Nasional Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan bahwa proyek-proyek Rusia tersebut sejauh ini belum ada yang meminta fasilitas keringanan fiskal seperti tax holiday ataupun tax allowance. Kalaupun mereka mengajukan keinginan tersebut sekarang, Sigit mengatakan bahwa Kemenperin belum mau menyetujuinya karena belum ada konstruksi secara konkrit.

"Yang mereka lakukan baru penyelesaian berkas dan belum ada realisasi, meskipun memang mereka berencana konstruksi tahun ini. Kalau belum ada realisasi ya kami belum percaya untuk berikan fasilitas fiskal," tambah Sigit.

Sebagai informasi, data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan bahwa realisasi investasi Rusia di Indonesia tahun 2014 mencapai angka US$ 3,6 juta dengan jumlah proyek sebanyak 25. Dalam kata lain, investasi Rusia memiliki porsi Penanaman Modal Asing (PMA) sebanyak 0,012 persen dari total PMA tahun 2014 sebanyak US$ 28,52 miliar. (gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER