Jakarta, CNN Indonesia -- PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (Wika Beton) masuk dalam indeks LQ45 sebagai kelompok emiten yang sahamnya paling banyak ditransaksikan pada Januari hingga Juli tahun ini.
Kepala Divisi Operasional Perdagangan Bursa Efek Indonesia Eko Siswanto menyatakan hal itu merujuk pengumuman nomor Peng-114/BEJ.I/U/1997 perihal Indeks Likuiditas Bursa Efek Jakarta (Indeks LQ45) dan berdasarkan hasil evaluasi pada Juli 2015.
“Kami sampaikan daftar saham yang masuk dan keluar dalam penghitungan indeks LQ45 untuk periode perdagangan Agustus 2015 sampai dengan Januari 2016,” tulisnya dalam pengumuman resmi, dikutip Rabu (29/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam lampiran tersebut, tercatat dua perusahaan baru yaitu Sritex dan Wika Beton masuk dalam jajaran indeks LQ45. Dua perusahaan tersebut menggeser PT Antam (Persero) Tbk dan PT Ciputra Development Tbk yang terdepak.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan, masuknya dua emiten baru ke dalam indeks LQ45 merupakan bukti bahwa kedua perusahaan tersebut sering diperdagangkan pelaku pasar.
“Untuk Sritex memang karena ada sentimen pemberitaan yang mendukung. Sehingga ketika ada anggapan bahwa saham tersebut digoreng, menurut saya hal itu memang karena ada momentum terkait aksi-aksi perseroan,” jelasnya kepada CNN Indonesia, Rabu (29/7).
Ia menjelaskan, dalam beberapa waktu belakangan, Sritex banyak sekali merilis pemberitaan yang mendorong perdagangan saham perseroan. Reza merinci, beberapa pemberitaan tersebut terkait pembangunan pabrik dan rencana penerbitan obligasi global.
“Pembangunan pabrik dan obligasi global menurut saya jadi salah satu sentimen yang cukup kuat,” katanya.
Sementara itu terkait Wika Beton, Reza menilai perseroan memang diprediksi bakal memiliki performa yang apik. Pasalnya, ia menilai bisnis Wika Beton merupakan penopang industri konstruksi dan properti.
“Apalagi terdapat prediksi pembangunan proyek pemerintah pada semester II yang diperkirakan berimbas positif kepada Wika Beton,” jelasnya.
Dua TerdepakUntuk kedua emiten yang terdepak dari LQ45, ia menilai selain karena fundamental kinerja yang melemah, sentimen pasar juga dinilai turut memengaruhi investor. Antam, kata Reza memang terimbas buruknya kinerja komoditas pada tahun ini, yang ditambah penurunan produksi perseroan.
“Sementara Ciputra Development lebih karena sentiment pasar terkait kebijakan LTV sebelumnya, yang terlanjur berimbas buruk pada awal tahun. Padahal secara fundamental kinerjanya masih cukup baik,” ujarnya.
Di sisi lain, analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menyatakan masuknya Sritex ke dalam indeks LQ45 lebih karena saham perseroan yang ‘digoreng’ oleh pelaku pasar. Ia menyatakan hal tersebut karena menurutnya sektor bisnis Sritex kurang diminati.
“LQ45 kan karena terkait likuiditas. Kalau Sritex menurut saya karena lagi digoreng. Industri tekstil itu sebenarnya kan sektor yang kurang diminati,” ungkapnya.
Berikut adalah saham-saham yang masuk dalam indeks LQ45 untuk periode Agustus 2015 sampai Januari 2016:
1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
2. PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)
3. PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
4. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
5. PT Astra International Tbk (ASII)
6. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)
7. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
8. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
9. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
10. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)
11. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
12. PT Global Mediacom Tbk (BMTR)
13. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
14. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)
15. PT Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL)
16. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
17. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
18. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
19. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
20. PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP)
21. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
22. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)
23. PT Kalbe Farma Tbk (KBLF)
24. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
25. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF)
26. PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP)
27. PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)
28. PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA)
29. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS)
30. PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)
31. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP)
32. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
33. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)
34. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO)
35. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
36. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)
37. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)
38. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS)
39. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
40. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
41. PT United Tractors Tbk (UNTR)
42. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
43. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
44. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)
45. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)
(gen)