Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,67 persen pada kuartal II 2015, melambat dari periode yang sama tahun lalu (year on year) mencapai 5,12 persen. Perekonomian nasional juga melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,71 persen secara tahunan.
Kepala BPS Suryamin mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.866,9 triliun. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum menggembirakan.
"Perekonomian global pada triwulan II 2015 diperkirakan melambat masih dipicu oleh rendahnya harga komoditas di pasar internasional dan ketidakpastian Fed fund rate (suku bunga AS)," ujar Suryamin dalam konferensi pers di Kantor BPS Pusat, Jakarta, Rabu (5/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suryamin menilai wajar jika pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum menggembirakan. Kendati demikian, menurutnya angka 4,67 persen tersebut dinilai lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain.
Ia menyebut pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang Indonesia juga masih cenderung stagnan dan bahkan melemah. Suryamin mencontohkan, pertumbuhan Amerika Serikat melemah dari 2,9 persen pada kuartal I 2015 menjadi 2,3 persen pada kuartal II.
"China stagnan pada posisi pertumbuhan 7 persen, Singapura melemah dari 2,1 persen pada kuartal I 2015 menjadi 1,7 persen pada kuartal II 2015. Artinya bahwa kepada negara kita tentu akan ada imbasnya," ujarnya.
Secara sektoral, lanjut Suryamin, tercatat sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami pertumbuhan paling tinggi, yakni 10,09 persen atau meningkat dari 7,73 persen dari periode yang sama tahun lalu.
"Karena ada pergeseran panen waktu itu, jadi yang tadinya harus panen di kuartal I bergeser ke kuartal II karena cuaca," ujarnya.
Sementara itu, sektor jasa pendidikan juga menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan kedua setelah pertanian, tercatat sektor tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 6,31 persen. Adapun pengadaan listrik dan gas juga mengalami pertumbuhan tertinggi ketiga sebesar 4,43 persen.
(gir/gir)