IPO Sukses, Bank Harda Incar Penyaluran Kredit Rp 2 Triliun

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Rabu, 12 Agu 2015 11:37 WIB
Bank Harda akan membidik penyaluran kredit ke sektor ritel yang dinilai minim risiko.
Direksi PT Bank Harda Internasional Tbk bersama dengan Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat (kedua dari kanan) usai pencatatan saham perdana di auditorium BEI, Jakarta, Rabu 12 Agustus 2015. (CNN Indonesia/Giras Pasopati)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Harda Internasional Tbk menargetkan mampu mencapai pertumbuhan kredit sebesar 30 persen pada tahun ini menjadi senilai Rp 2 triliun dari capaian tahun lalu sebesar Rp 1,5 triliun, setelah memperoleh dana dari penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

“Rencana kami pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai 30 persen menjadi sekitar Rp 2 triliun. Dananya dari hasil IPO ini,” ujar Direktur Utama Bank Harda Antonius Prabowo Argo, usai pencatatan saham di auditorium Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (12/8).

Seperti diketahui dalam gelaran IPO tersebut, Bank Harda melepas 800 juta saham dengan harga perdana per saham sebesar Rp 125. Dengan jumlah IPO tersebut, Bank Harda bakal meraup dana hingga Rp 100 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, pada saat pembukaan perdagangan perdana, saham Bank Harda dengan kode BBHI ini menanjak 7,2 persen ke level Rp 134 per lembar, dari Rp 125 per saham.

Setelah IPO, kepemilikan saham Bank Harda berubah menjadi sebesar 72,66 persen digenggam PT Hakim Putra Perkasa, 21,43 persen dimiliki publik, sebanyak 5,43 persen dimiliki Kwee Sin To, dan sisanya 0,03 persen milik Karyawan Bank Harda.

“Dana IPO Rp 100 miliar akan kami gunakan untuk penyaluran kredit ke sektor-sektor yang kami fokuskan saat ini. Dana tersebut jika disalurkan untuk kredit bisa menjadi Rp 600 miliar - Rp 700 miliar,” jelas Antonius.

Bidik Sektor Ritel

Ia menyatakan, salah satu sektor yang sedang dibidik Bank Harda untuk menggenjot pertumbuhan kreditnya adalah sektor ritel. Antonius menilai sektor ritel cenderung masih bertumbuh positif di situasi ekonomi yang melemah saat ini.

“Sektor ritel kami lihat masih bagus dibandingkan dengan yang lain. Kami akan menghindari beberapa sektor lain yang kurang perform,” katanya.

Antonius menjelaskan, beberapa sektor yang kurang bagus kinerjanya saat ini antara lin pertambangan, transportasi dan konstruksi serta properti. Ia mengungkapkan sektor tersebut membuat rasio kredit macet (non performing loan/NPL) perseroan di level yang cukup tinggi.

“NPL kami saat ini di level 2,7 persen. Tahun ini kami targetkan bisa menurun ke level 2 persen,” jelasnya.

Dari sisi kinerja keuangan, Bank Harda menargetkan mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp 10 miliar. Padahal, jika ditilik dari laporan keuangan, laba bersih perseroan pada tahun lalu mencapai Rp 12,44 miliar. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER