Sekitar 700 Perusahaan Keluarga Dunia Putar Modal di Asia

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Jumat, 21 Agu 2015 10:19 WIB
Credit Suisse Research Institute (CSRI) meneliti 920 perusahaan publik di 35 negara yang 20 persen sahamnya dimiliki oleh keluarga.
Ilustrasi perusahaan keluarga. ( CNNIndonesia/Free Watermark)
Jakarta, CNN Indonesia -- Credit Suisse mengungkapkan sekitar 700 perusahaan keluarga di dunia, dengan kapitalisasi pasar minimal US$ 1 miliar, memutar modalnya di Asia.  Bobot terbesar berasal dari perusahaan teknologi, dan industri konsumen diskresioner dan sektor kebutuhan sehari-hari.

Hal ini merupakan hasil penelitian Credit Suisse Research Institute (CSRI) terhadap 920 perusahaan publik di 35 negara yang 20 persen sahamnya dimiliki oleh keluarga dan masuk dalam daftar Credit Suisse (CS) Global Family 900. CSRI menyebutkan dari 50 perusahaan keluarga terbesar di dunia, lebih dari separuhnya berada di Asia.

"Hasil menunjukkan, 76 persen perusahaan yang terdaftar dalam CS Global Family 900 memiliki bisnis di Asia," ungkap Credit Suisse melalui keterangan tertulis, Kamis (20/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Riset tersebut juga menyimpulkan, sekitar 47 persen saham CS Global Family 900 berada di atas kinerja rata-rata pasar.

Pada tahun-tahun awal perusahaan keluarga didirikan, jelas CSRI, merupakan periode di mana pertumbuhan bisnis melesat dan menghasilkan keuntungan saham yang terbaik, sebelum kinerjanya melandai pada generasi selanjutnya.

Dalam jangka panjang, perusahaan keluarga yang diteliti CSRI telah menghasilkan dua kali keuntungan ekonomi, yang merupakan laba yang dihasilkan dari selisih biaya peluang penggunaan aset dan modal dengan indikator bisnis yang menjadi acuan (benchmark).

CSRI juga menilai 920 perusahaan keluarga yang ditelitinya relatif memiliki pertumbuhan bisnis yang lebih tinggi dan penjualan lebih stabil dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga. Tren ini dilihat dari laporan kinerja perusahaan-perusahaan tersebut sejak 1995.

Khusus untuk perusahaan keluarga di Asia, CSRI menyebutkan rata-rata mengandalkan pendanaan eksternal. Berbeda halnya dengan perusahaan-perusahaan keluarga di Amerika Serikat dan Eropa, yang lebih banyak disokong oleh pendanaan internal.

Dari sisi daya tahan bisnis, riset CSRI menyimpulkan 50 persen perusahaan keluarga berhasil melewati masa transisi peralihan ke generasi kedua dengan sukses. Namun, pada masa peralihan berikutnya, hanya 22 persen perusahaan keluarga yang mampu bertahan di bawah kendali generasi kedua dan berkurang menjadi 10 persen pada transisi berikutnya ke generasi ketiga.

(ags)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER