Jakarta, CNN Indonesia -- Fuad Bawazier, Mantan Menteri Keuangan era Presiden Soeharto menilai Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Richard Joost Lino telah salah dalam menjalankan tugas, pokok, dan fungsi selama menjadi bos besar di perusahaan milik negara tersebut.
"Saya mendengar Pak Lino bicara,
I've made this company so rich. Itu bukan tugas dia untuk memburu profit," kata Fuad, di Jakarta, Minggu (30/8).
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra itu menilai kesalahan tujuan Lino ini salah satu faktor yang akhirnya memengaruhi lambatnya bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Selain itu, Fuad meminta agar Lino tetap pada fokus tugas utamanya yakni melancarkan arus keluar masuk barang di pelabuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, pertanyaan Lino ini dilontarkan saat menghubungi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil, Jumat (28/8). Kala itu, Sofyan dihubungi Lino setelah Penyidik Badan Reserse Kriminal Polri (Bareskrim) menggeledah kantor Pelindo II di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Penggeledahan dilakukan terkait dugaan korupsi pengadaan mobil
crane.
Bareskrim juga mengatakan akan memeriksa Lino terkait kasus dugaan korupsi pengadaan mobile
crane dan simulator kapal di perusahaannya.
Untuk diketahui, kasak kusuk soal bongkar muat atau
dwelling time terjadi setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) sidak ke Pelabuhan Tanjung Priok beberapa waktu lalu. Jokowi sempat geram setelah mengetahui waktu tunggu kapal untuk merapat ke pelabuhan sangat lama.
Tahapan
pre-clearance di pelabuhan memakan waktu paling lama dari total 5,5 hari
dwelling time di pelabuhan Tanjung Priok, yaitu 3,6 hari diikuti
custom clearance selama 0,6 hari, dan
post-custom clearance selama 1,3 hari.
Sementara itu, Jokowi menargetkan lama dwelling time bisa dipercepat menjadi 4,7 hari dengan rincian,
pre-custom clearance selama 2,7 hari,
custom clearance selama 0,5 hari dan
post-custom clearance selama 1,5 hari.
(gen)