Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) Richard Joost Lino mengkritisi rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait pembangunan jalur trans Kereta Api (KA) di Kalimantan.
Menurutnya pemerintah seharusnya lebih mengembangkan angkutan sungai karena hampir semua kota-kota besar di Kalimantan ada di pinggir sungai. Selain itu, angkutan sungai dinilainya lebih bebas polusi dan lebih hemat bahan bakar minyak (BBM).
“Pemerintah mau buat jalan kereta api dari Samarinda ke Pontianak. Saya bilang ke beliau kenapa tidak lewat laut saja? Di Kalimantan itu tidak ada satupun kota besar yang tidak ada di pinggir sungai,” kata Lino di Jakarta, Senin (24/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana Strategis Perkeretaapian 2015 – 2019 yang disusun oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dicantumkan rencana pemerintah membangun jalur kereta trans Kalimantan sepanjang 2.428 kilometer (km) yang menghubungkan Kalimantan Timur, Kalimatan Selatan dan Kalimantan Tengah, serta Kalimantan Barat. Proyek tersebut diperkirakan menghabiskan dana sekitar Rp 22,9 triliun.
Lino kemudian mengutip hasil studi dari Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dibiayai oleh Bank Dunia pada 2007/2008. Studi tersebut menilai tingkat efisiensi moda angkutan barang baik udara, laut/sungai, darat, dan kereta api di Kalimantan. Hasilnya, terdapat 30 proyek prioritas untuk meningkatkan efisiensi moda angkutan barang.
“Yang menarik,prioritas dari nomor 1 sampai 12 itu
inland water way, perbaiki saja angkutan sungai-sungai itu, buat pelabuhan di sungai-sungai itu. Baru nomor 13,14, 15 buat jalan raya. Tapi karena ini host-nya Bina Marga yang tugasnya membuat jalan raya, studi ini disimpan di bawah meja tidak disampaikan ke yang terkait,” kata Lino.
Secara umum, Lino menilai angkutan kereta api cocok sebagai angkutan transportasi masal namun bukan untuk angkutan barang. Sebagai perbandingan, Lino menyebut pangsa pasar (
market share) angkutan barang moda KA di Jepang yang memiliki karakteristik kepulauan, sama dengan Indonesia, hanya sekitar 3,6 persen.
“Angkutan barang kereta api di Jepang itu hanya 3,6 persen per tahun
market share-nya,” ujarnya.
(gen)