Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia diharapkan tak lagi mengandalkan sumber daya alam sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi dan beralih mengoptimalkan sumber daya manusia yang dimilikinya. Alasannya, 70 persen porsi demografis Indonesia pada 2030 akan ditempati oleh penduduk usia produktif.
"Bayangkan pada tahun itu, 180 juta penduduk usia muda akan mendominasi Indonesia, itu adalah aset. Dengan populasi yang besar itu, Anda bisa menciptakan kelas masyarakat baru sebagai pangsa pasar yang potensial. Sudah bukan saatnya perekonomian Indonesia berdasarkan komoditas lagi," kata Managing Director International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde di Jakarta, Selasa (1/9).
Lagarde mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara beruntung yang bisa memiliki banyak populasi usia produktif di saat negara lain mengalami penurunan pertumbuhan penduduk. Dengan adanya hal ini, penduduk usia produktif Indonesia akan menguasai setengah dari jumlah golongan usia tersebut di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akan ada 1,5 miliar konsumen global yang akan memasuki golongan kelas menengah. Terserah Anda mau memanfaatkan peluang itu atau tidak. Hal tersebut akan menciptakan pasar baru, dan sekarang saatnya Indonesia memanfaatkan hal tersebut dengan perindustrian dan jasa-jasa yang memanfaatkan
human capital," jelasnya.
Untuk menciptakan generasi produktif yang berkualitas, hal pertama yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah mengurangi angka pengangguran usia muda. Lagarde mengatakan, bakat-bakat masyarakat muda akan tergali jika lapangan pekerjaan bagi generasi muda tersedia banyak di Indonesia.
"Angka pengangguran usia muda secara global adalah 20 persen atau lebih tinggi dari rata-rata angka pengangguran biasa. Memang tidak mudah untuk mengatasi ini, tapi hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut agar bakat-bakat muda bisa tersalurkan," tambahnya.
Perbaiki Tiga HalSebelum menciptakan lapangan pekerjaan itu, mantan pegawai kantor hukum internasional Baker and McKenzie di Chicago itu menilai Indonesia perlu memperbaiki tiga hal krusial yaitu infrastruktur, iklim investasi, dan juga integrasi perdagangan. Ketiga hal itu, tambahnya, bisa menjadi sarana penghubung Indonesia terhadap perekonomian global.
"Perekonomian yang dinamis seperti China, Jepang, dan Korea Selatan telah memaksimalkan potensi ekonomi mereka dengan mendekatkan diri terhadap kondisi global. Belajar dari situasi global, lalu keluar ke pasar global untuk bersaing di ranah itu. Indonesia juga bisa seperti itu, asalkan bisa memenuhi tiga syarat itu," jelasnya.
(gen)