Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perhubungan Ignasius Jonan tidak mau ambil pusing siapa yang akan jadi pemenang tender proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Namun, dia menekankan pentingnya standar keselamatan penumpang dalam sistem pelayanan jasa transportasi di Tanah Air.
"Keselamatan itu tidak bisa ditawar karena keselamatan itu harus
single standard. Standarnya itu tunggal, jadi bukan soal harga, ini keselamatan," ujar Jonan di Istana Kepresidenan, Rabu (2/9).
Jonan mengaku tidak peduli dengan nilai investasi atau harga proyek kereta cepat yang ditawarkan China dan Jepang. Menurutnya, selisih harga yang ditawarkan kedua kompetitor asing tersebut tidak mencerminkan tingkat jaminan keselamatan calon penumpang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa kita berani soal keselamatan:
oh ini lebih murah, tapi selamat tidak selamat dikit tidak apa-apa, kan tidak. Ini saya sebagai menteri teknis ya. Yang bertugas mengurus
transportation safety saya," tuturnya.
Sebagai informasi, Jepang dan China saat ini tengah bersaing memperebutkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Masing-masing mengajukan proposal penawaran dengan spesifikasi dan harga proyek yang berbeda.
Jepang, yang sejak 2014 telah melakukan studi kelaikan, mengajukan penawaran nilai proyek sebesar US$ 6,2 miliar. Jepang berjanji akan menciptakan kereta berkecepatan 320 km per jam dalam waktu lima tahun (2016-20121).
Sementara China, pada Maret 2015 tiba-tiba memasukan penawaran, dengan nilai proyek sebesar US$ 5,5 miliar. Dengan harga proyek yang lebih murah dari Jepang, China bermimpi menghadirkan kereta berkecepatan 350 km per jam dalam jangka waktu hanya dua tahun (2016-2018).
Jepang dengan Shinkansen-nya sejauh ini telah terbukti sukses mengembangkan teknologi kereta cepat tanpa cacat. Sementara China, yang mengusung merek China Railway High speed pernah mencatatkan noda hitam ketika kereta buatanya menewaskan 40 penumpang di Wengzhou pada 23 Juli 2011.
Ketika ditanya lebih baik mana antara teknologi kereta cepat China dan Jepang, Menteri Jonan menolak untuk memilih karena tidak mau dianggap memihak salah satu calon investor. Dia lebih menyerahkan sepenuhnya pada hasil kajian konsultan independen yang telah dipilih pemerintah untuk menilai kedua proposal proyek yang diajukan China dan Jepang itu.
"Begini, setuju tidak setuju, kita nanti cek soal standar keselamatannya. Kalau standar keselamatannya oke, ya oke. kalau tidak ya tidak," kata Jonan menegaskan.
Soal pendanaan, Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) ini menegaskan tidak akan menggunakan uang negara untuk membiayai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Dengan demikian, swasta dimungkinkan untuk terlibat dalam mega proyek transportasi ini. Namun, dia tidak dapat memastikan kapan keputusan pemenang tender proyek tersebut keluar.