Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Exim Bank memperoleh pinjaman dari Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) Indonesia sebesar US$ 500 juta.
Direktur Eksekutif LPEI, Ngalim Sawega mengatakan kucuran dana dari bank China tersebut merupakan hasil dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke Negeri Panda pada Maret 2015 lalu.
“Jadi begini, pada waktu Pak Jokowi ke Beijing dulu, kerjasama kita dengan China dipererat dari berbagai sektor. Nah pada waktu itu ada yang sudah agreement, ada juga yang MoU, antara lain Eximbank dengan ICBC,” jelasnya di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (21/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, pada saat itu LPEI menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MOU) dengan ICBC terkait pinjaman berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu, lanjutnya, terkait dengan upaya Eximbank mencari dukungan pembiayaan dari banyak kreditur.
“Karena kan pada dasarnya Eximbank pendanaan dari dolar AS, bukan APBN. Maka sering pakai obligasi juga untuk rupiah. Pokoknya dolar AS pasti dari luar. Kita mengajak banyak pihak dalam rangka funding,” jelasnya.
Pada saat di Beijing tersebut, lanjut Ngalim, ICBC sudah setuju dengan rencana pendanaan tersebut. Eximbank, jelas Ngalim, menindaklanjutinya dengan membuat MoU untuk kemudian melakukan negosiasi terkait besarandan biaya utang.
“Plafonnya US$ 500 juta dengan tempo 5 tahun. Sudah sesuai karena setiap bulan kita menentukan
base lending rate kita. Sudah disesuaikan dengan
funding cost kita,” jelasnya.
Ngalim menjelaskan, pinjaman senilai US$ 500 juta dikucurkan sekaligus dan langsung masuk dalam neraca perusahaan. Kendati menggunakan dolar AS, menurutnya, LPEI terbebas dari risiko fluktuasi karena jumlah pinjaman dan bunganya ditetapkan dimuka atau menggunakan kontrak pertukaran mata uang (currency swap).
“Kemarin obligasi kan Rupiah, dan ini pinjaman ditarik dalam dolar AS tetapi sudah termasuk
currency swap. Orang kan melihat Fed rate kemarin, uncertainty kan ada costnya, biasanya penaikan suku bunga bisa 25 basis poin, tapi kita lihat terus bagaimana pasar merespon,” jelasnya.
Ngalim Sawega menuturkan, penarikan pinjaman dari ICBC tersebut dalam rangka menggenjot ekspor Indonesia melalui pembiayaan industri. Sejalan dengan kebijakan tersbeut, Eximbank banyak membutuhkan pendanaan dalam mata uang dolar AS.
“Kami ini kan kalau dilihat, pendanaan 55 persen berasal dari dolar AS, sisanya rupiah. Siapapun yang butuh ekspor kita bisa biayai,” jelas Ngalim.
(ags/gen)