ADB Pangkas Proyeksi Pertumbuhan PDB RI 2015 ke Level 4,9%

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 22 Sep 2015 18:04 WIB
ADB juga merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun depan dari 6 persen menjadi 5,4 persen.
Country Director ADB Indonesia Steven R. Tabor di Jakarta, Selasa (7/7). (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asian Development Bank (ADB) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini, dari 5,5 persen pada Maret lalu menjadi 4,9 persen.

Tak hanya itu, ADB dalam Outlook-nya juga merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun depan dari 6 persen menjadi 5,4 persen.

“Tertundanya pemulihan ekonomi terutama diakibatkan oleh permintaan eksternal yang lebih lemah dari yang diperkirakan, dan karena volatilitas pasar keuangan,” ujar Steven Tabor, Direktur ADB untuk Indonesia melalui keterangan resmi, Selasa (22/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Tabor, dampak dari deregulasi kebijakan serta percepatan investasi di bidang infrastruktur baru akan terasapada tahun depan. Selain itu, pemulihan ekspor yang sebagian dipicu oleh devaluasi mata uang juga baru akan berkontribusi positif terhadap kinerja ekonomi nasional pada tahun depan.

“Pendorong penting bagi pertumbuhan yang diharapkan adalah peningkatan belanja pemerintah yang sebelumnya sempat tertunda karena lambatnya penyaluran dana,” ujarnya.

Untuk menghadapi kendala tersebut, Tabor menyarankan pemerintah untuk mengambil sejumlah langkah guna meningkatkan eksekusi belanja anggaran. Opsi yang ditawarkan antara lain menyederhanakan prosedur pengadaan tanah, serta mempercepat lelang proyek-proyek pemerintah untuk tahun anggaran 2016 pada tahun ini.

Tabor juga menyoroti pentingnya reformasi kebijakan pemerintah guna menarik minat investor swasta menanamkan modal di Indonesia. Salah satu kebijakan positif yang mendapatkan apresiasi ADB adalah sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) bagi perizinan investasi, serta upaya pemerintah mendorong kemitraan dengan swasta di proyek-proyek infrastruktur.

“Reformasi kebijakan diperkirakan akan menstimulasi investasi swasta, meskipun pemulihannya telah terhambat sejumlah faktor seperti permintaan eksternal yang lemah,” jelasnya.

Steven Tabor juga menyinggung soal penurunan indeks kepercayaan konsumen (IKK) pada awal tahun ini akibat pemotongan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan depresiasi rupiah. Hal ini turut menjadi pertimbangan ADB dalam meramalkan masa depan ekonomi Indonesia.

Sementara itu, Deputi Direktur ADB untuk Indonesia Edimon Ginting menilai, meskipun ada risiko dari ketidakpastian pasar keuangan dunia terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi ketahanan Indonesia terhadap volatilitas pasar kian membaik. Hal itu tercermin dari nilai tukar rupiah yang lebih fleksibel serta penyesuaian imbal hasil obligasi menurut nilai pasar.

Kendati demikian, Edimon mengingatkan adanya sejumlah risiko yang juga berasal dari dalam negeri. Antara lain adalah keterlambatan investasi infrastruktur, terhambatnya reformasi struktural, serta kondisi kekeringan akibat bencana alam El Nino.

Semua itu, kata Edimon diperhitungkan oleh ADB meskipun dia meyakini pemerintah siap untuk mengelola berbagai risiko tersebut. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER