Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro kini lebih realistis dalam menghadapi gejolak perekonomian yang terjadi akhir-akhir ini. Menurut Bambang, tantangan mengejar target pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berat dengan kondisi rupiah yang tersungkur.
"Tentunya kami akan tetap berupaya mengejar pertumbuhan. Memang tidak mudah. Karena target tersebut dipengaruhi oleh eksternal. Ini adalah kondisi yang kita tidak bisa kendalikan seluruhnya," ujar Bambang di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (25/8).
Sebagai informasi tahun ini pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen. Sementara dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016, pemerintah mengusulkan pertumbuhan ekonomi di angka 5,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian menurut Bambang, pemerintah tetap akan memperhatikan perbaikan struktur ekonomi khususnya dari segi kualitas kesejahteraan masyarakat.
“Pemerintah akan tunjukkan upaya memperbaiki kemiskinan, pengangguran, dan masalah pangan," ujar Bambang.
Dalam jangka waktu yang pendek, stabilisasi perekonomian pun akan diperhatikan guna menjaga daya beli masyarakat. Pasalnya penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah dinilai mampu mengerek angka inflasi nasional.
"Iya pasti akan terganggu. Pelemahan rupiah pasti tidak ada dampak ke inflasi. Kalaupun ada pasti sedikit. Inflasi pasti menggangu daya beli, apalagi yang dibeli adalah barang-barang impor," ujar Bambang.
Namun Bambang menilai ada hal positif yang bisa diambil dari melemahnya nilai tukar rupiah. Yakni kesempatan akan naiknya permintaan barang produksi industri lokal.
"Saat ini adalah saat yang terbaik untuk kita semua, kalau sekarang barang impor itu mahal sekarang saatnya beralih ke barang lokal," kata Bambang.
(gen)