Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengaku telah menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 3,5 triliun melalui mekanisme penerbitan saham baru perusahaan atau
rights issue.
Ini ditandai dengan dengan kehadiran Peraturan Pemerintah (
PP) Nomor 73 Tahun 2015 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Perusahaan Perseroan PT Aneka Tambang Tbk.
Direktur Utama, Antam Tedy Badrujaman mengatakan, dengan diberikannya PMN ini membuktikan bahwa pemerintah sangat mendukung industri pertambangan di Indonesia dan mendukung terhadap penerapan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara terkait program hilirisasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari total dana hasil rights issue sebanyak-banyaknya sebesar Rp 5,4 triliun ini, sebesar Rp 3,5 triliun akan dipergunakan untuk penyelesaian pembangunan Proyek Pabrik Feronikel Haltim Tahap I yang akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel sebesar 13.500 sampai 15.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun,” ujar Teddy dalam keterangan resmi, Senin (26/10)
Selain melanjutkan proyek feronikel, Tedy mengungkapkan sisa dana yang didapat dari PMN juga akan digunakan untuk membiayai modal kerja yang terkait dengan kegiatan operasional Antam.
Tak hanya itu, katanya, dana PMN juga akan dipakai untuk membiayai pengembangan usaha perseroan terkait dengan peningkatan kapasitas produksi.
“Komitmen investasi berkelanjutan Antam dalam kapasitas produksi feronikel akan memperkokoh Antam sebagai produsen logam dasar dan logam mulia yang terintegrasi secara vertikal, sehingga meningkatkan daya saing dan nilai tambah Antam,” jelas Teddy.
Jaga Kinerja
Tedy meyakini dengan pemberian PMN senilai Rp 3,5 triliun akan menjadikan Antam sebagai produsen utama feronikel di dunia. Pasalnya, perseroan masih memiliki cadangan yang besar dengan biaya operasional yang rendah.
Dengan hal tersebut, ia pun meyakini kinerja perseroan akan terjaga meski harga-harga komoditas mineral tengah melemah saat ini.
"Dalam kondisi harga komoditas dunia yang masih belum optimal, Antam tetap berupaya meningkatkan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya untuk menjaga marjin profitabilitas,” kata Teddy.
Sayangnya, lanjut Teddy, promosi (
roadshow) yang dilakukan Antam terkait rencana penerbitan saham baru kurang mendapat sambutan positif.
Direktur Pengembangan Antam Johan Nababan mengungkapkan, minimnya antusias investor untuk menyerap saham baru ANTAM tak lepas dari masih rendahnya harga komoditas nikel. Sementara itu, dana hasil
rights issue Antam salah satunya akan digunakan untuk membangun pabrik feronickel.
“Hasil roadshow tidak sesuai harapan karena faktor harga komoditas nikel yang rendah, dan mereka (investor) pesimistis dan menilai harga nikel agak lama
rebound,” ujarnya belum lama ini.
Sebelumnya, Antam menetapkan harga penawaran saham
right issue di angka Rp 371 per lembar dan diprediksi mampu meraup total Rp 5,37 triliun. Berdasarkan prospektus, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 14,49 miliar saham biasa atas nama Seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau sebanyak-banyaknya 60 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah.
(dim/gen)