LAPORAN DARI MANILA

Forum APEC Singgung Asap, Wapres JK Enggan Minta Maaf

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Rabu, 18 Nov 2015 11:48 WIB
Menurut JK, Pemerintah Indonesia tidak memiliki kemampuan mencegah angin berembus dengan membawa asap ke negara tetangga.
Wakil
Manila, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia kembali mendapat sindiran terkait kabut asap akibat kebakaran hutan yang terjadi beberapa waktu lalu. Dalam forum CEO Summit Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Manila, Filipina hari ini (18/11), Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mendapat kesempatan menjawab pertanyaan dari salah seorang petinggi perusahaan asal Malaysia.

CEO tersebut mempertanyakan penyebab kebakaran hutan di Indonesia dan langkah strategis pemerintah dalam menyelesaikan masalah tersebut.

JK menyebut ada dua alasan penyebab terjadinya kebakaran hutan khususnya di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Pertama ia mengatakan Indonesia memiliki sejarah panjang pada saat mengizinkan perusahaan asing masuk dalam investasi perusahaan kelapa sawit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada 1950-an ada banyak hutan di Indonesia. Kemudian 1970-an banyak perusaahan asing yang masuk ke Indonesia. Mereka mengajarkan cara menebang, merusak hutan dan membuat kering. Karena itu lah kebakaran ini terjadi," kata JK di Hotel Shangri La Manila, Rabu (18/11).

Penyebab kedua, lanjut JK, adalah angin berhembus yang membawa kabut asap menjalar hingga negeri tetangga. Untuk hal ini JK mengatakan hal tersebut berada di luar kemampuan Pemerintah Indonesia untuk dapat mencegah.

"Kita tidak mau kabut ke mana saja, Bukan karena kita ingin, tapi karena angin. Setiap 10 bulan, udara bersih masuk ke negara Anda (Malaysia), Anda menikmati kok," lanjutnya.

Pemerintah pun berencana melanjutkan penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dalam bentuk restorasi hutan tropis khususnya di lahan gambut. Ia pun meminta bantuan kerjasama dari beberapa negara dalam pertemuan tingkat tinggi perubahan iklim di Paris, Perancis beberapa waktu mendatang.

"Hutan tropis di Indonesia itu paru-paru dunia. Sudah saatnya kita merehabilitasi paru-paru dunia. Bukan cuma Indonesia, tapi seluruh dunia yang juga merasakan paru-paru dunia," katanya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER