Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan Industri Alat-Alat Mobil dan Motor (GIAMM) mencatat tak kurang dari 10 produsen komponen otomotif gulung tikar menyusul lesunya penjualan kendaraan di Indonesia.
Selain penjualan mobil dan motor, faktor yang dinilai turut menjadi katalis negatif terhadap bisnis komponen otomotif ialah adanya desakan perusahaan penyalur komponen atau
Original Equipment Manufacturer (OEM) yang memaksa produsen komponen otomotif menekan harga jualnya demi menjaga profitabilitas perusahaan.
Berangkat dari hal itu, asosiasi produsen komponen pun menyesalkan sikap OEM yang memaksa pihaknya untuk mengurangi harga jual di tengah terpaan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dan meningkatnya upah minimum buruh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bayangkan saja, tahun ini (selain) menghadapi kenaikan UMR, kita juga merasakan pelemahan Dolar. Tapi tiba-tiba kita diminta untuk mengurangi harga bukan menaikkan harga. Ini kan dijepit dari atas bawah," ujar
Ketua Umum GIAMM, Hamdhani Dzulkarnaen ketika ditemui di Kementerian Perindustrian, Kamis (19/11).
Mengacu pada penuturan Hamdani, saat ini terdapat beberapa OEM yang telah meminta GIAMM untuk menurunkan harga komponen lebih dari 10 persen di tengah kenaikan rerata ongkos produksi supplier komponen otomotif di Indonesia yang berada angka 20 persen.
Dengan adanya paksaan itu, katanya banyak produsen harus memutar otak untuk tetap menjaga bertahan hidup. Satu caranya dengan menyeimbangkan penjualan bagi layanan purnajual (aftersales service), di mana saat ini porsinya berkisar 20 hingga 30 persen dari total penjualan komponen otomotif.
"Kalau mau diteliti lebih jauh mungkin bisa jadi ada 10 perusahaan yang sudah gulung tikar, tapi saya tidak tahu angka pastinya. Tapi untuk berpindah ke segmen after sales, (sepertinya) agak berat karena biasanya hanya komponen-komponen yang penggunaanya cepat (fast moving) seperti baterai atau filter yang prospek kedepannya bagus," tegas Hamdani.
Sebagai informasi, sampai dengan kuartal III 2015 angka penjualan mobil baru mencapai 760.017 unit, turun 15,24 persen dibanding tahun lalu sebedar 896.724 unit. Sementara di periode yang sama, penjualan sepeda motor juga melemah 20 persen dari 6.052.832 unit ke angka 4.821.191 unit.
Berangkat dari hal ini, Hamdani memaklumi mengenai desakan OEM yang sejatinya dilontarkan untuk menjaga kinerja keuangan perusahaan setelah penjualannya ke Agen Pemegang Merk (APM).
Akan tetapi ia meminta perusahaan OEM lebih bijak dalam menentukan harga komponen otomotif. Ini lantaran jajarannya memprediksi angka produksi komponen kendaraan roda dua akan turun 20 persen, sedangkan roda empat turun 25 persen dibanding tahun lalu.
"Kami sadar apa yang mereka lakukan adalah untuk menjaga profitabilitas, tapi kalau kondisi susah ya sama-sama susah lah, jangan kondisi susah, mereka (OEM) masih senang-senang kita yang malah diperas," tandasnya.
(dim/ags)