London, CNN Indonesia -- Organisasi Negara Pengeskspor Minyak, OPEC, tidak akan mengurangi produksi minyak sehingga negara anggota penghasil minyak kecil khawatir harga akan turun mendekat US$20.
Perubahan kebijakan ini hanya bisa terjadi jika negara penghasil minyak di luar OPEC, terutama Rusia, siap bergabung untuk bersama-sama menurunkan produksi.
Meski Moskow kemungkinan akan berkonsultasi dengan para menteri OPEC sebelum pertemuan enam bulanan minggu depan, kemungkinan negara itu membantu mencegah penurunan harga minyak tetap kecil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kecuali negara di luar OPEC mengatakan siap membantu, menurut saya tidak akan ada perubahan,” ujar salah satu delegasi dari negara anggota OPEC yang menghasilkan minyak dalam jumlah besar.
“OPEC tidak akan menurunkan produksi minyak secara sepihak,” ujarnya seperti dikutip Reuters, Rabu (25/11).
Dalam pertemuan OPEC di Wina Juni, menteri perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi dan menteri dari negara penghasil minyak besar OPEC lainnya terlihat sangat senang dengan keputusan itu.
Mereka menyatakan keputusan bersejarah OPEC untuk meningkatkan produksi minyak dan mempertahankan pangsa pasarnya dari serangan pemasok minyak lain, pada November 2014 sudah membuahkan hasil, karena harga minyak mentah turun mendekati US$64. Enam bulan kemudian, harga turun menjadi US$45, turun dari sekitar US$115 pada pertengahan tahun lalu.
Sejumlah negara anggota bahkan telah membicarakan harga minyak kembali mencapai US$20, yang terakhir kali terjadi di akhir abad 20. Menurut mereka, hal ini diperkuat dengan keyakinan Iran bahwa sanksi ekonomi akan dicabut akhir tahun ini.
“Iran telah mengumumkan produksi minyaknya akan meningkat pesat begitu sanksi dacbut, dan kita perlu melakukan sesuatu. OPEC tidak bisa terlibat dalam perang harga. Kita harus menstabilkan pasar,” kata Eulogio del Pino, menteri perminyakan Venezuela, pada Minggu (22/11).
Ketika ditanya seberapa rendah harga minyak pada tahun depan jika OPEC tidak mengubah situasi, dia menjawab: “Pertengahan US$20.”
Goldman Sach mengatakan harga kemungkinan turun hingga di bawah US$20 karena terlalu banyak pasok minyak global, nilai tukar dolar yang kuat dan perlambatan ekonomi China.
Sebagian besar pengamat meragukan sanksi Iran akan dicabut sebelum awal tahun depan, tetapi kapan pun hal ini terjadi produksi minyak Iran pasti akan naik.
Arab Saudi TertekanPenurunan harga minyak dunia ini sebenarnya sudah mencapai sebagian tujuan OPEC.
Organisasi ini telah mendorong permintaan global dan menahan pertumbuhan pasok minyak
shale AS yang ongkos produksinya relatif lebih mahal.
Tahun depan, pasokan minyak non-OPEC diperkirakan akan turun untuk pertama kali dalam hampir satu dekade karena negara penghasil yang menghadapi kesulitan ekonomi mengurangi anggaran belanja.
Tetapi dunia masih memproduksi jumlah minyak yang lebih besar dari pada yang dibutuhkan.
Produksi Rusia kini mencapai jumlah tertinggi, dan pasokan minyak global pun terus membengkak.
Di sisi finansial, Arab Saudi yang merupakan penentu perubahan kebijakan OPEC semakin tertekan.
 OPEC memutuskan untuk tidak mengurangi produksi untuk menghantam minyak shale US yang biaya produksinya relatif lebih mahal. (Ilustrasi/Reuters/Mike Blake) |
Badan pemeringkat Standard & Poor memperkirakan defisit anggaran negara itu akan naik 16 persen dari PDB tahun ini, sementara pada 2014 defisitnya hanya 1,5 persen.
Riyadh menggambarkan desifit anggaran tahun ini masih bisa diatasi. Namun, Bank Merril Lynch mengatakan pada Senin (23/11), tekanan anggaran ini sangat besar sehingga pemerintah Arab Saudi akan dipaksa mendevaluasi mata uangnya yang dipatok terhadap dolar Amerika atau mengurangi produksi minyak.
Langkah pengurangan produksi minyak ini berarti perubahan sikap 180 derajat, yang bisa dipandang banyak pesaingnya sebagai kegagalan strategi.
Riyadh dan negara Teluk kaya lainnya yaitu Qatar, Uni Emirat Arab dan Kuwait, tampaknya akan lebih memilih bersikap terbuka akan opsi lain sembari berharap akan ada dampaknya dalam jangka yang lebih panjang.
(reuters/yns)