Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman ingin menjadikan Indonesia negara pengendali harga harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/ CPO) di pasar global. Pasalnya, Indonesia merupakan produsen dan pemasok kebutuhan minyak sawit terbesar di dunia.
“Indonesia sebagai pengekspor CPO utama di dunia semestinya bisa mengendalikan harga sawit. Seperti halnya pengekspor gandum yang bisa mengatur harganya kepada importir termasuk Indonesia,” kata Amran saat menghadiri Indonesian Palm Oil Conference 2015 (IPOC 2015) di Bali, Jumat (27/11).
Saat ini, jelas Amran, Indonesia merupakan pemasok sekitar 38 persen minyak nabati di seluruh dunia. Adapun produksinya tahun ini diperkirakan mencapai 30 juta ton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, lanjut Amran, Indonesia belum bisa mengendalikan harga CPO. Menurutnya, upaya ke arah sana telah dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan Malaysia melalui pembentukan Dewan Negara Penghasil Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) pada pekan lalu.
“Pemerintah Indonesia dan Malaysia telah menandatangani nota kesepahaman tentang pembentukan Dewan Produsen Sawit Dunia pada 21 November lalu,” katanya.
Terkait hilirisasi industri sawit tahun ini, Amran mengaku telah mendapatkan kepastian dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said terkait serapan produk biodiesel nasional yang mencapai 6,8 juta ton untuk program B-15, dan 13 juta ton untuk program B20.
Untuk memperkuat industri sawit, Amran juga mengajak semua pihak terkait untuk mengawal komoditas sawit yang dianggapnya sebagai komoditas strategis. Hal itu dinilai penting guna meningkatkan kesejahteraan petani sawit yang saat ini mengelola lahan seluas 4 juta hektar.
“Mohon Mohon maaf bukan berarti kami tidak peduli dengan lingkungan. Orang utan saja kita jaga dan mendapatkan perhatian dunia, apalagi petani dan masyarakat sekitar. Nah, cara pandang kita harus kesejahteraan manusia. Bukan hanya lingkungan,” kata Amran.