Jakarta, CNN Indonesia -- Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB) memutuskan untuk memangkas suku bunga fasilitas deposito sebesar 10 basis poin menjadi minus 0,3 persen. Suku bunga tersebut akan mulai efektif berlaku pada 9 Desember 2015.
Namun, dalam rapat yang digelar Kamis (3/12) itu juga memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga pembiayaan kembali utama (main refinancing operations/MRO) sebesar 0,05 persen dan 0,30 persen untuk suku bunga fasilitas pinjaman marjinal.
“Keputusan-keputusan hari ini diambil untuk mengamankan tingkat inflasi ke arah di bawah, tapi mendekati 2 persen,” kata Gubernur ECB Mario Draghi, seperti dikutip dari laman resmi ECB, Jumat (4/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Staf makroekonomi Eurosystem pada Desember 2015 memprediksi inflasi Uni Eropa tahun ini hanya sebesar 0,1 persen, kemudian naik menjadi 1 persen pada 2016, dan 1,6 persen pada 2017. Sementara PDB riil tahunan kawasan euro akan meningkat bertahap mnejadi 1,5 persen pada tahun ini, 1,7 persen pada tahun depan, dan naik menjadi 1,9 persen pada 2017.
Selain menurunkan suku bunga fasilitas deposito, ECB juga terus memberikan stimulus untuk mendongkrak kinerja perekonomiannya. Salah satunya dengan keputusan memperpanjang program pembelian aset (aset purchase programme/APP) hingga Maret 2017, dari sebelumnya hanya sampai dengan September 2016. Kemungkinan diperpanjang lagi masih terbuka jika Dewan Gubernur ECB melihat adanya penyesuaian berkelanjutan di jalur inflasi yang konsisten dengan pencapaian target inflasi.
“Pembelian bulanan 60 miliar euro di bawah APP kini dimaksudkan untuk berjalan hingga akhir Maret 2017, atau lebih jauh, jika diperlukan, " kata Draghi.
Lebih lanjut, ECB juga memutuskan untuk menginvestasikan kembali pembayaran pokok pada efek-efek atau sekuritas di bawah APP saat jatuh tempo, selama diperlukan.
ECB juga memutuskan untuk memasukkan obligasi euro yang dikeluarkan oleh pemerintah di kawasan Uni Eropa yang nilai asetnya memenuhi syarat untuk pembelian rutin oleh bank sentral nasional masing-masing dalam program pembelian sektor publik.
Terakhir, ECB juga memutuskan untuk melanjutkan MRO dan operasi pembiayaan kembali jangka panjang tiga bulan sebagai prosedur tender dengan suku bunga tetap melalui skema penjatahan penuh selama diperlukan.
Menurut Draghi, langkah-langkah yang diambil ECB akan memastikan kondisi keuangan akomodatif dan lebih memperkuat dampak substasial dari kebijakan pelonggaran yang diambil sejak Juni 2014. Pelonggaran besara-besaran tersebut dinilai Draghi telah memberikan dampak postif secara signifikan pada kondisi keuangan, kredit, dan ekonomi riil.
“Keputusan-keputusan hari ini juga mendorong momentum pemulihan ekonomi kawasan euro dan memperkuat ketahanannya menghadapi shock terkini pada perekonomian global,” ujar Draghi.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo menilai kebijakan pelonggaran moneter seperti yang dilakukan ECB dan Jepang menimbulkan divergensi pada perekonomian dunia yang pada saat bersamaan tengah menanti kepastian peningkatan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (The Federal Reserves). Kebijakan moneter berbeda yang diambil oleh negara-negara maju berkontribusi pada kondisi ketidakpastian perekonomian global dan membuat negara berkembang waspada.
"Sama-sama negara maju, yang satu melakukan pelonggaran, yang satu melakukan pengetatan dan ini berdampak pada negara-negara berkembang di dunia ," kata Agus ketika dtemui di Jakarta, Kamis (4/12)
(ags/gen)