Perlambatan Ekonomi China Telah Diantisipasi Pasar Keuangan

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jan 2016 02:09 WIB
Biro Statistik Nasional China melaporkan pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal IV 2015 sebesar 6,8 persen.
ChinaFotoPress/Getty Images
Jakarta, CNN Indonesia -- Adanya perlambatan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China di angka 6,9 persen sepanjang 2015 dinilai telah diantisipasi oleh pelaku pasar keuangan.

Kepala Riset KDB Daewoo Securties Taye Shim mengatakan semua orang mengantisipasi perlambatan China, ini bukanlah hal baru. Menurutnya, tren pelemahan tersebut telah terlihat dalam beberapa tahun terakhir.

“Semua orang tahu, bahkan Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF). Tumbuh 6,9 persen saya pikir masih baik,” ujarnya di Equity Tower, Jakarta, Selasa (19/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, jika nantinya China menjadi negara yang sukses secara ekonomi melalui konsumsi dan jasa, maka akan baik bagi pertumbuhan dunia. Ia memprediksi, pemerintah China akan memberikan stimulus terkait kondisi ini.

“Akan ada stimulus dari China dengan adanya pelemahan pertumbuhan ekonomi ini. Maka sebaiknya pasar bersiap,” katanya.

Asal tahu saja, hingga jeda siang atau pukul 12.00 waktu setempat, pasar saham Asia tercatat masih berada di zona hijau. Beberapa di antaranya sempat mengalami koreksi, tetapi kemudian menguat.

Indeks Shanghai tercatat menguat ke 2,23 persen ke level 2.978, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,82 persen ke angka 19.396, indeks Nikkei 225 Jepang sempat melemah 0,04 persen, tetapi kemudian menguat ke angka 17.048 pada 13.00 waktu setempat. Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melemah 0,24 persen ke 4.470 di jeda siang, tapi kemudian menguat ke 4.485 pada 14.30 WIB.

Seperti diketahui, Biro Statistik Nasional China melaporkan pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal IV 2015 sebesar 6,8 persen, turun dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal sebelumnya di angka 6,9 persen.

Angka tersebut menjadikan realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu hanya mencapai 6,9 persen, capaian terendah yang bisa diraih entitas ekonomi terbesar kedua di dunia dalam 25 tahun terakhir. Sementara pada 2014, ekonomi China masih mampu tumbuh 7,3 persen.

Zhang Yiping, Ekonom China Merchants Securities kepada Reuters mengatakan anjloknya permintaan properti di pasar China merupakan penyebab utama lambannya laju ekonomi negara tersebut sepanjang tahun lalu. Hal tersebut menurut Yiping telah menekan penjualan semen sampai baja yang diproduksi industri nasional negara tersebut.

“Kebijakan pemerintah untuk menggenjot industri properti pada 2015, tidak memberi dampak positif bagi China. Saya melihat kebijakan tersebut justru menimbulkan risiko lanjutan di 2016, yang sepertinya tidak diwaspadai pemerintah,” ujar Yiping, dikutip Selasa.

Namun Taye mengungkapkan, selain perlambatan ekonomi China, devaluasi yuan lanjutan menurutnya patut lebih diwaspadai. Ia menilai langkah pemerintah China dalam melakukan devaluasi yuan sebelumnya membuat pasar sempat mengalami koreksi.

“Yuan harus diwaspadai. Apalagi saat ini yuan sudah masuk dalam keranjang mata uang IMF.  Pemerintah China ingin mempertahankan posisi yuan dan menjaga mata uang tersebut untuk tetap kuat di pasar,” katanya. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER