Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat pasar modal menilai perbaikan data ekonomi Indonesia mampu menopang kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kendati hampir seluruh bursa dunia mengalami pelemahan. Indeks pun diprediksi mampu menembus level 5.300 di tahun ini.
“Kami merevisi target IHSG kami menjadi 4.613-5.353 dari 4.120-4.809. Target indeks kami berasal dari penggunaan PB (price to book/harga saham dibandingkan nilai ekuitas per saham) selama 10 tahun terakhir, di mana level 2,7x sebagai skenario dengan harapan paling optimistis,” ujar Kepala Riset KDB Daewoo Securities Taye Shim di Jakarta, Selasa (16/2).
Pengamat asal Korea Selatan tersebut menjelaskan, target tersebut dipatok berdasarkan kebijakan yang jelas dari pemerintah yang juga termasuk Bank Indonesia. Hal itu juga ditambah berkurangnya tekanan dari kondisi makro global yang akan mengarahkan IHSG kembali ke tren sekuler.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Seperti kita telah antisipasi sebelumnya, PDB Indonesia pada kuartal IV 2015 mencapai 5 persen, melebihi perkiraan konsensus 4,8 persen,” ujarnya.
Ia menambahkan, kendati sektor konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekspor melemah, penguatan ekonomi didukung oleh belanja pemerintah dan investasi mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2015.
“Secara keseluruhan, kami percaya penguatan kuartal IV 2015 adalah bukti bahwa presiden Jokowi serius dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Taye menjelaskan, optimisme itu terbentuk karena adanya data valid kondisi IHSG. Pada 5 Februari lalu, IHSG mampu tumbuh 4,5 persen, dan jauh melampaui indeks MSCI World yang amblas 9,9 persen dan indeks MSCI Emerging Markets yang melemah 7,6 persen.
“Kami menghubungkan pergerakan harga yang relatif bertahan dengan perkembangan positif atas kondisi ekonomi makro, keselarasan kebijakan antara pemerintah dan BI, dan rendahnya kemungkinan akan kenaikan suku bunga AS,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Rachmat mengatakan, jajarannya memprediksi perbaikan pada belanja barang konsumen akibat pemangkasan harga BBM dan inflasi yang secara umum stabil. Selain itu, juga perbaikan investasi sektor swasta akibat kebijakan pemerintah yang mulai bergeser pada mekanisme pasar.
“Setelah kinerja laba emiten yang mengecewakan secara berturut-turut pada 2013, 2014, dan 2015, kami memprediksi 2016 akan melihat adanya pembalikan arah substantif yang disebabkan oleh perbaikan pada faktor ekonomi kunci tersebut, dan membuat IHSG dapat menguat hingga ke 5.000 pada akhir tahun,” jelasnya.
(gir)