Tarik Investasi, Pengusaha Ingin Harga Listrik Biogas Naik

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 23 Mar 2016 18:55 WIB
Saat ini feed in tarriff masih dipatok lebih rendah dari biaya investasi, membuat investor kurang tertarik untuk menanamkan modal di sektor biogas.
Saat ini feed in tarriff masih dipatok lebih rendah dari biaya investasi, dan membuat investor kurang tertarik untuk menanamkan modal di sektor biogas. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengusaha biogas berharap harga patokan pembelian energi berdasarkan biaya produksi energi baru dan terbarukan (feed in tarriff) bisa lebih tinggi lagi sehingga investor mau menanamkan modal di sektor ini.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Biogas Indonesia, Trio Chadys mengatakan saat ini feed in tarriff sebesar Rp 1.050 per kilo watt hour (KWh) masih dipatok lebih rendah dari biaya investasinya yang bisa mencapai US$ 2,5 juta atau Rp 33,75 miliar per 1 Mega Watt (MW). Maka dari itu, pelaku usaha mengatakan memang tengah menunggu skema baru feed in tarriff untuk listrik biogas.

"Harga kan tergantung kualitas dan teknologi yang digunakan sih ya, nah itu berbeda-beda pembiayaannya. Maka dari itu, kami mengharapkan harga yang lebih baik sehingga investor bisa lebih ekonomis untuk kedepannya," terang Trio di Jakarta, Rabu (23/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan, harga yang lebih tinggi ini juga bisa menarik perusahaan-perusahaan kelapa sawit skala kecil untuk mengembangkan usaha di sektor ini. Saat ini, pengembangan pembangkit listrik bertenaga biogas masih dikembangkan oleh perusahaan berskala besar yang memang memiliki modal yang kuat.

Maka dari itu, tak heran jika selama ini hanya lima persen dari 800 perusahaan kelapa sawit yang telah memanfaatkan limbah cair kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME) untuk dijadikan bahan baku biogas.

Padahal, menurutnya Indonesia memiliki banyak sekali wilayah potensial pengembangan biogas antara lain Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, hingga Lampung.

"Kalau grup-grup kecil buat mereka belum terlalu menjadi fokus karena mereka lebih tertarik untuk meluaskan area lahan mereka dan kapasitas pabriknya, sehingga tak ada insentif bagi mereka untuk investasi di bidang kelistrikan," ujarnya.

Kendati demikian, ia mendengar kabar bahwa feed in tarriff akan diubah ke dalam denominasi dolar AS. Ia mengaku sangat menyambut baik wacana itu karena bisa menaikkan tingkat imbal hasil dan menarik investor.

"Yang kami dengar akan keluar harga rate-nya menjadi dolar AS. Kalau kemarin kan masih Rp1.050 per KWh, nanti di kisaran US$0,11 (Rp1.400 hingga Rp1.500) per KWh untuk biogas. Nah kalau angka segitu buat kalangan investor cukup memadai dan ekonomis," terangnya.

Sebagai informasi, feed in tarriff listrik biogas tercantum di dalam Peraturan Menteri ESDM no. 27 Tahun 2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Implementasi feed in tarriff ini diharapkan dapat membuat energi baru terbarukan mengambil porsi 25 persen dari suplai energi nasional. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER