Ditinggal Jepang, Pertamina Garap Sendiri Kilang Balikpapan

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 19 Apr 2016 19:45 WIB
Pertamina akan menarik pembiayaan eksternal untuk mendanai 60 persen proyek RDMP kilang Balikpapan, dan sisanya dari kas internal.
Petugas memeriksa tekanan pipa area Crude Distillation Unit (CDU IV) unit pengelohan (Refinery Unit) V Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis, 14 April 2016. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) akan melanjutkan pengembangan kilang minyak di Balikpapan, Kalimantan Timur secara mandiri setelah gagal bermitra dengan perusahaan migas asal Jepang, JX Nippon Oil and Energy Co.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto meyakini proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) ini bisa dikembangkan karena kebutuhan modalnya masih bisa ditanggung oleh kas perseroan. Khusus untuk proyek kilang itu, Pertamina akan mengalokasikan belanja modal sekitar US$ 2,6 miliar.

"Bahkan rencananya kami akan groundbreaking RDMP dalam waktu dekat, sampai saat ini kami putuskan masih swakelola saja," jelas Dwi di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (19/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kendati demikian, Dwi mengatakan perusahaan masih akan membuka peluang kemitraan jika ada perusahaan lain yang berminat untuk menggarap proyek itu bersama-sama. Namun, mitra tersebut harus mengikuti rancangan konfigurasi pengembangan kilang yang didesain oleh Pertamina.

Pertamina, kata Dwi, menargetkan persiapan RDMP di Balikpapan pada semester pertama tahun ini dan eksekusinya diharapkan rampung pada 2019. Rencanya, proyek kilang ini akan dikembangkan dalam dua fase. Fase pertama adalah peningkatan kapasitas minyak terdistilasi (Crude Distilate Unit), dari 260 ribu barel per hari (BPH) menjadi 360 BPH. Sedangkan fase kedua meliputi peningkatan fleksibilitas serta kualitas produk bahan bakar minyak (BBM) dari standar Euro II ke Euro IV.

"Kami masih membuka peluang kemitraan dengan perusahaan lain namun dengan beberapa syarat yang sudah dilakukan oleh Pertamina. Kalaupun tidak jadi dengan mitra, kami akan tetap membangun RDMP dengan dua fase tersebut," tuturnya.

Kendati mengaku pendanaan memadai, Dwi menambahkan, perseroan tetap akan menarik pembiayaan dari eksternal. Porsi pembiayaan eksternal rencananya sebesar 60 persen, sedangkan sisanya akan dipenuhi dari kas internal.

"Dan ini tak berlaku bagi hanya RDMP Balikpapan saja, semua proyek RDMP kami juga akan seperti itu komposisi pembiayaannya. Begitupun dengan RDMP lain, kalau memang nantinya ada partner, terus ikutan mundur, kami akan jalankan RDMP sesuai dengan kemampuan keuangan Pertamina," ujarnya.


Sebagai informasi, Pertamina berencana untuk mengembangkan kuantitas empat kilang eksisting dari 820 ribu BPH menjadi 1,61 juta BPH. Keempat kilang tersebut antara lain berlokasi di Cilacap, Balongan, Dumai, dan Balikpapan.

Sebelumnya, perusahaan telah menandatangani kesepakatan inti (Head of Agreement/HoA) dengan Saudi Aramco untuk RDMP Cilacap dan menargetkan perjanjian pembentukan perusahaan patungan (Joint Venture Agreement) pada Desember 2015.

Rencananya, pengembangan RDMP itu akan meningkatkan kapasitas CDU dari sekitar 345 ribu BPH menjadi 370 ribu BPH yang diharapkan akan rampung tahun 2020. Proyek ini diperkirakan akan menelan dana hingga US$ 5,5 miliar, di mana Pertamina akan memiliki 55 hingga 60 persen dari kepemilikan Joint Venture tersebut. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER