Jakarta, CNN Indonesia -- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk akan melepas 10 persen saham pemerintah ke publik melalui skema
right issue atau hak memesan efek terlebih dahulu. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berharap perseroan bisa mendapatkan suntikan dana segar sebesar Rp2 triliun melalui aksi korporasi ini.
Direktur Operasional III PT Wijaya Karya (WIKA) Tbk, Destiawan Soewardjono mengungkapkan rencana right issue itu akan disampaikan ke pemegang saham pada pekan depan guna mendapatkan persetujuan.
"Kita
right issue karena kita perlu untuk ikut tender baik investasi atau percepatan infrastruktur yg dicanangkan Jokowi itu," jelas Destiawan dalam RUPS WIKA di Jakarta, Kamis (28/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan tambahan modal Rp2 triliun, Destiawan optimistis WIKA akan bisa menggalang dana tambahan (fundraising) hingga Rp6 triliun.
"Jadi kita cari dana 8 triliun tahun ini. Banyak yang bisa kita lakukan di investasi infrastruktur dan lain-lain," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama WIKA Bintang Perbowo mengatakan perusahaan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 6,98 triliun pada tahun ini.
Menurutnya, hingga kuartal I 2016, WIKA baru memperoleh kontrak sebesar Rp 6,02 triliun atau 11,41 persen dari target kontrak baru Rp 52,80 triliun pada tahun ini.
"Perseroan akan memperoleh total kontrak dihadapi Rp 83,05 triliun yang terdiri target kontrak baru 2016 sebesar Rp 52,80 triliun dan carry over tahun 2015 sebesar Rp 30,25 triliun," ujarnya.
Bintang optimistis kontrak baru dengan mitra swasta bakal menyumbang 63,42 persen dari total target. Sisanya diharapkan datang dari proyek-proyek pemerintah sebesar 20,73 persen dan BUMN 15,85 persen.
Beberapa proyek yang telah dikantongi WIKA pada kuartal I 2016 antara lain pembangunan pabrik minyak goreng di Kawasan ekonomi Khusus (KEK)Sei Mangke, pengembangan Simpang Susun Semanggi, jaringan gas di Prabumulih, dan sejumlah proyek strategis milik Kementrian ESDM.
Bagikan DividenDalam RUPS tersebut, pemegang saham WIKA juga memutuskan untuk membagikan dividen sebesar 125,013 miliar atau 20 persen dari total laba tahun lalu yang sebesar Rp 625,043 miliar.
"Pembagian laba untuk dividen setara dengan 20 persen dari laba atau Rp 20,634 per lembar saham," jelas Bintang Prabowo.
Selain itu, lanjut Bintang, rapat ini juga memutuskan untuk melakukan penyertaan modal perseroan pada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PT PSBI), yang merupakan perusahaan patungan konsorsium sejumlah BUMN. Modal tersebut nantinya akan diteruskan sebagai pernyataan modal PT PSBI kepada PT Kereta Cepat Indonesia China (PT KCIC).
Menurut Bintnag, keputusan ini dilakukan dalam rangka percepatan pembangunan sarana dan prasarana kereta cepat Jakarta- Bandung.
"Modal PSBI ke KCIC itu Rp 17 triliun, dari situ PSBI punya share 60 persen, 40 persen konsorsium china. Jadi 60 persen konsorsium indonesia," ujar Bintang.