Jakarta, CNN Indonesia -- PT Gajah Tunggal Tbk menambah belanja modal pada tahun ini sebesar US$30 juta atau hampir Rp400 miliar guna menggenjot produksi ban truk dan bus. Dengan tambahan modal ini, maka total
capital expenditure (capex) Gajah Tunggal pada tahun ini naik menjadi US$80 juta atau lebih dari Rp1 triliun.
Presiden Direktur Gajah Tunggal, Christoper Chan mengatakan pasar otomotif dan ban saat ini sedang lesu, tetapi khusus untuk Indonesia masih sangat prospektif untuk jangka panjang. Optimisme tersebut didukung oleh komitmen pembangunan infrastruktur yang kuat dari pemerintah.
“Memang saat ini industri ban terpengaruh OEM (produsen peralatan asli), sementara industri otomotif juga terganggu kondisi ekonomi yang melemah,” ujarnya di Jakarta, Jumat (13/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, Christopher meyakini kinerja perseroan akan berbalik positif pada tahun ini setelah sempat mengalami penurunan pada tahun lalu. Faktor nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat dan membaiknya kinerja kuartal I melandasi optimisme Christopher terhadap prospek bisnis Gajah Tunggal.
“Pertumbuhan pendapatan (tahun ini) bisa 10-15 persen. Volume produksi kuartal I bagus dan kinerja juga baik,” jelasnya.
Sebagai informasi, Gajah Tunggal membukukan laba bersih sebesar Rp337,8 miliar pada kuartal I 2016, melonjak setelah periode yang sama tahun lalu mengalami rugi bersih Rp290,22 miliar.
Sejalan dengan keyakinan itu, Christoper mengatakan perusahaan akan menggenjot produksi ban truk dan bus radial guna memanfaatkan momentum. Untuk itu, Gajah Tunggal menambah belanja modal menjadi US$80 juta dari alokasi sebelumnya hanya US$50 juta.
“Capex bisa sampai US$80 juta karena ada proyek truck bus radial tyre setelah melihat kesempatan dari pembangunan infrastruktur. Produk ini per kilometer lebih tahan lama dan aman, sesuai dengan kondisi jalan di dalam negeri,” jelasnya.
Direktur Gajah Tunggal, Catharina Widjaja menjelaskan awalnya perusahaan mencanangkan belanja modal US$50 juta hanya untuk kebutuhan perawatan fasilitas produksi. Namun melihat kesempatan yang ada, maka perseroan menambah dana untuk pengembangan produk.
“Capex US$80 juta paling besar untuk
maintenance, sebesar US$50 juta, dan sisanya untuk pengembangan ban truk dan bus yang sedang berjalan. Dana dari kas internal sepenuhnya,” jelas Catharina.
Ia menambahkan, saat ini kapasitas produksi ban bus dan truk Gajah Tunggal 250 ban per hari. Dengan tambahan capex, ia berharap kapasitas produksi bis aditingkatkan menjadi 2.200 ban per hari pada tahun depan.
“Sedang kami kembangkan. Bahkan kalau bisa di akhir tahun ini produksi bisa naik menjadi 1.000 ban per hari,” katanya.
Catharina menambahkan, saat ini penjualan Gajah Tunggal masih didominasi oleh produk ban kendaraan umum atau ban mobil, yakni sebesar 50 persen dari total produksi. Selanjutnay adalah ban motor sekitar 20-30 persen, dan sisanya ban truk dan bus serta produk karet sintetis.
“Kapasitas produksi ban mobil 55 ribu per hari, motor 95 ribu per hari. Utilisasi masih 70-75 persen dan diharapkan bisa naik 10 persen tahun ini,” katanya.
(ags/gen)