Jakarta, CNN Indonesia -- OJSC Rosneft Oil Company, perusahaan minyak asal Rusia mengaku tengah mempertimbangkan rencana untuk menggarap proyek kilang Grass Root Refinery baru milik PT Pertamina (Persero) di Bontang, Kalimantan Timur. Saat ini, Rosneft sendiri masih berhitung terkait besaran investasi yang sesuai dengan keinginan perusahaan.
Didier Casimiro, Vice President Upstream Rosneft menuturkan, manajemen membuka lebar segala kesempatan proyek yang ada di Indonesia. Namun, menurut dia, pertimbangan berinvestasi ini tidak akan diputuskan secara cepat, karena persetujuan bisnis di tingkat jajaran direksi tidaklah mudah.
"Semua proyek pasti akan ditinjau oleh jajaran direksi. Lalu, dilihat dengan informasi yang kami miliki. Kalau itu terlihat menarik, tentu akan kami pertimbangkan," ujar Didier kepada CNN Indonesia, Jumat (27/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sayangnya, ia belum memiliki informasi yang dimaksud karena Pertamina belum menawarkan proyek Bontang ke perusahaannya. Jika tertarik, Rosneft bisa memiliki keunggulan karena kapabilitas perusahaan dalam mengembangkan kilang terbilang cocok dengan Pertamina, terlihat dari kemenangan Rosneft di dalam proyek kilang GRR Tuban.
"Melihat itu memang kapabilitas kami cocok dengan Pertamina, tapi itu kan semua berdasar data yang diberikan Pertamina. Kami baru serius mempertimbangkan sebuah proyek jika itu ditawarkan kepada kami dan informasi yang dibutuhkan juga memadai," terang dia.
Saat ini, Rosneft lebih memilih menggarap kilang-kilang baru ketimbang mengambil proyek empat perbaikan kilang existing (Refinery Development Master Plan/RDMP) milik Pertamina. Pasalnya, pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) perusahaan akan lebih tinggi jika membuat proyek baru dibandingkan mengembangkan kilang yang sudah ada.
Sebagai informasi, Pertamina kini tengah mengembangkan empat kilang existing yang berlokasi di Cilacap, Balongan, Dumai, dan Balikpapan. Di antaranya tiga kilang sedang dalam pengembangan Pertamina. Perusahaan minyak pelat merah ini mengajak Saudi Aramco untuk bermitra bersama.
Sementara, satu kilang lainnya akan dilakukan Pertamina secara swadaya. Kendati demikian, tak tertutup kemungkinan apabila nantinya Pertamina menggandeng mitra untuk membantu pendanaan kilang existing tersebut.
"Selain melihat pengembalian investasi, saat ini, lebih baik bagi kami membangun kilang yang teknologinya sesuai dengan pasokan minyak kami dan juga dari Pertamina. Dengan pengalaman kami membangun kilang, kami yakin output yang keluar, baik bagi Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun petrokimia, memiliki kualitas yang baik," imbuh Didier.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto sebelumnya bilang, membuka peluang untuk menawarkan pembangunan kilang baru Bontang kepada Rosneft, setelah perusahaan asal Rusia itu menggarap proyek GRR Tuban. Menurut dia, Rosneft adalah salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia, sehingga harusnya bisa memberi ketahanan pasokan bagi kilang itu.
Dua pembangunan kilang baru dan empat pengembangan kilang existing Pertamina ini diharapkan mampu menambah produksi perusahaan pelat merah tersebut dari angka 850 ribu barel per hari menjadi 2,3 juta barel per hari selama 10 tahun mendatang.
(bir)