Jakarta, CNN Indonesia -- Kondisi pasar yang tidak menentu memaksa PT Bank Agris Tbk menunda rencana mereka menggemukkan modal perseroan. Tak ayal, hingga saat ini, modal bank yang fokus pada sektor agribisnis tersebut masih di bawah Rp1 triliun atau berada pada kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) I.
"Kami berkeinginan masuk BUKU II. Tetapi, setelah melihat perekonomian Indonesia kurang bagus, tanda-tanda penguatan ekonomi masih lemah, sehingga alasan penguatan menjadi BUKU II itu belum tahu kapan," tutur Paulus Nurwadono, Komisaris Utama Bank Agris, Senin (13/6).
Sejak melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) tahun 2012 sampai dengan periode kuartal I 2016, ekuitas Bank Agris baru mencapai Rp573 miliar atau bertumbuh 1,1 persen (yoy). Hal ini dikarenakan penambahan modal lewat Penawaran Umum Terbatas (PUT) I sebesar Rp2,3 miliar pada Januari lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan tinjau lagi, tetapi kami punya komitmen untuk naik ke BUKU II. Kami tetap fokus masuk ke sektor agribisnis sambil menunggu titik terang dari perekonomian," katanya.
Per Maret 2016, Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) Bank Agris mencapai 19,59 persen atau naik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu 16,59 persen. Dari sisi aset, bank mencatat peningkatan 18,56 persen dari tahun lalu menjadi Rp4,4 triliun.
Paulus menerangkan, dalam menjalankan bisnis tahun ini, Bank Agris akan memfokuskan diri menjadi bank penyalur pinjaman ke sektor agribisnis, seperti peternakan dan perikanan. Perseroan akan memprioritaskan perluasan pangsa pasar pada segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
"Menjadi bank fokus itu tidak mudah. Membutuhkan ketelitian manajemen. Sektor agribisnis menjadi sektor yang berisiko, sehingga kami harus mempersiapkan banyak hal untuk menyerap risiko tersebut," ujar Paulus.
Menelisik laporan keuangan perseroan, pertumbuhan penyaluran kredit Bank Agris justru mengalami penurunan hingga minus 0,86 persen kalau dibandingkan Maret tahun lalu. Penyaluran kreditnya cuma sebesar Rp2,62 triliun.
Vera Afianti, Direktur Pengembangan Bisnis dan Operasional Bank Agris mengaku, perseroan tidak mampu menyaingi kinerja bank-bank besar dalam menyalurkan kredit ke sektor komersial dengan alasan efisiensi. Rasio Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) emiten berkode AGRIS itu tembus 97,01 persen.
"Kami tidak bisa bersaing dengan bank komersial besar lainnya. Bank besar itu secara regulator sudah disarankan menjadi bank buku III dan buku IV itu. Untuk single digit, kami tidak bisa bersaing dengan mereka karena biaya dana kami lebih besar dari mereka," pungkasnya.
Namun demikian, ia optimistis, perusahaan mampu mengucurkan kredit mikro sebanyak Rp400 miliar dengan alokasi khusus untuk sektor peternakan ayam dan tambak udang.
(bir)