Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Pembangunan Daerah DIY (Bank DIY) akhirnya naik kelas ke kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 2 tercapai. Setelah mendapatkan suntikan modal dari pemegang saham dan penambahan modal dari laba ditahan, kini Bank DIY memiliki modal inti lebih dari Rp1,4 triliun.
Dengan peningkatan modal inti tersebut, bank milik Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta itu melirik bisnis digital banking, penyediaan electronic data capture (EDC), sampai rencana untuk bermitra dengan perusahaan asuransi menawarkan produk asuransi (
bancassurance).
“Makanya, kami ada rencana revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2016. Bukan cuma revisi turun target pertumbuhan kredit dari 17 persen ke 15 persen ya, tetapi juga untuk memasuki bisnis baru karena kami sudah masuk BUKU 2,” ujar Bambang Setiawan, Direktur Utama Bank DIY kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, sambung Bambang, perseroan juga ingin melebarkan jaringan bisnisnya dengan membuka
outlet (gerai) baru. Sedikitnya 10
outlet ditargetkan akan dibuka sebelum tutup tahun 2016.
Ketika RBB 2016 diajukan perseroan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada akhir tahun lalu, Bank DIY masih berada di BUKU 1. Modal inti perseroan masih kurang dari Rp1 triliun. Sehingga, seluruh perencanaan menggunakan asumsi BUKU 1.
“Namun, saat ini, kami sudah mulai menyiapkan infrastrukturnya untuk menggeluti bisnis baru, digital banking maupun
bancassurance dan banyak lini bisnis lainnya yang bisa mengerek pendapatan berbasis komisi. Kami harap, berjalan semester kedua,” imbuh dia.
Sebagai informasi, hingga kuartal I 2016, Bank DIY telah menyalurkan kredit sebesar Rp5,6 triliun. Pencapaian ini tercatat tumbuh 5,1 persen kalau dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Kami masih merasakan dampak perlambatan ekonomi. Kredit masih lesu,” pungkasnya.
(gen)