Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut kemacetan parah yang terjadi di ruas Tol Kanci-Pejagan-Brebes Timur serta jalan arteri, disebabkan minimnya fasilitas infrastruktur jalan di Tegal, Jawa Tengah.
Data terakhir, Selasa (5/7) pukul 10.00 WIB, kemacetan di ruas tol Brebes Timur atau yang belakangan dikenal dengan nama Brexit telah mencapai 15 kilometer.
Direktur Prasarana Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Yuyun E. Wahyuningrum menjelaskan, jalan utama yang dimiliki oleh Kabupaten Tegal tidak sanggup menerima limpahan arus kendaraan yang berbondong-bondong keluar dari Tol Brebes Timur dan Pejagan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tegal, lanjutnya, diketahui hanya memiliki dua jalan arteri yang lebar tiap jalurnya hanya sanggup menampung dua mobil berjalan beriringan.
"Karena itu, yang tadinya menumpuk di Pejagan, kemudian Brebes lalu langsung masuk Tegal. Di situlah terjadi penumpukan sehingga mengekor hingga mulut jalan tol," ujar Yuyun kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (5/7).
Menurutnya, sepanjang jalur Jakarta hingga Tol Cipali justru tidak mengalami hambatan sama sekali, mengingat kini sistem pembayaran jalan tol hanya dilakukan satu kali di Pintu Tol Cikarang Utama. Fasilitas tersebut menyebabkan arus lalu lintas sepanjang Tol Cipali menjadi lancar dan membuat penumpukan hanya terjadi di pintu keluar Tol Brebes Timur.
"Kalau selama di Tol Cipali itu lancar, setelah itu pasti menumpuk di Brebes. Kalau di awal tidak ada hambatan, di akhir pasti menumpuk dan tidak terurai dan penundaan itu melebihi dari kapasitas jalan penerima. Jalan penerima itu hanya ada di Tegal, sementara di Tegal jalan arteri hanya ada dua lajur," katanya.
Selain masalah infrastruktur, hambatan lalu lintas juga terjadi akibat antrian kendaraan untuk keluar masuk pom bensin dan tempat peristirahatan di sepanjang jalur tol. Ia mengklaim perilaku para pemudik tahun ini jauh lebih tertib dan teratur dibandingkan tahun lalu, kendati demikian situasi macet total tetap tidak bisa terhindarkan.
"Saya kemaren cek ke Brexit memang menumpuk di sana, tapi tidak ada sama sekali kesemrawutan berarti, itu hanya karena volume yang meningkat dan karena orang keluar masuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan rest area sehingga mengekor sampai ke mulut Tol," jelas Yuyun.
Kendati begitu, bermacam upaya untuk memecah konsentrasi kepadatan lalulintas pun ditempuh Kementerian Perhubungan yang berkoordinasi dengan Korlantas. Berbagai skenario seperti pemberlakuan contra flow hingga sistem buka tutup jalan telah diberlakukan sejak indikasi macet parah mulai muncul.
"Itu sudah kami lakukan upaya dengan
contra flow, sejak H-4. Itu sporadis. Kami sudah rencanakan dari awal manakala ada penumpukan kita langsung berlakukan
contra flow. Itu pun belum bisa menampun limpahan pemudik dari arah Barat. Sampai kita lakukan sistem buka tutup jalan," jelasnya.
Pada tahun depan, ia memproyeksi kemacetan lalulintas selama mudik tetap tidak bisa terhindarkan. Mengingat animo masyarakat untuk mudik tetap tinggi namun infrastruktur jalan tol khususnya di Pulau Jawa belum tuntas dibangun.
"Tahun depan pasti macet juga, karena yang namanya jutaan pemudik ditumpuk jadi satu di satu jalan. Tapi mungkin macetnya enggak di Brebes, tapi nanti macetnya di pintu tol baru karena tol ini akan dibangun terus sampai Surabaya, seandainya tahun depan tol Semarang jadi ya mungkin macetnya di Semarang," ujarnya.
(gir)