Jakarta, CNN Indonesia -- Astra Credit Companies (ACC) telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp13,2 triliun pada paruh pertama tahun ini. Angka tersebut sudah mencapai 52,8 persen dari target pembiayaan perseroan pada tahun ini yang sebesar Rp25 triliun.
Sementara itu, rasio pembiayaan bermasalah (
Non Performing Finance/NPF) perusahaan pembiayaan Grup Astra ini tercatat sebesar 0,54 persen pada semester I 2016. Angka itu jauh lebih rendah dari rata-rata NPF industri 0,54 persen maupun NPF ACC periode yang sama tahun lalu 2,23 persen.
Ezar Kumendong, Deputy Chief Sales Officer ACC berharap, rencana peluncuran mobil baru oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Grup Astra pada semester II bisa mendongrak pembiayaan perusahaan hingga akhir tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, Ezar mengatakan, ACC akan memanfaatkan pameran otomotif seperti Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016 untuk menyalurkan pembiayaan lebih besar lagi. Terlebih, Grup Astra berencana meluncurkan model-model baru kendaraan roda empat dengan harga sangat terjangkau.
"Biasanya nasabah-nasabah kredit otomotif kami itu lebih di mobil-mobil yang memang tidak berkelas atas. Statistik kami mengatakan, kira-kira sekitar 70 persen pembelian mobil di golongan ini kan dibeli menggunakan leasing, jadi kami sangat optimistis itu bisa meningkatkan pertumbuhan di semester II," ujar Ezar, Jumat (15/7).
Ia melanjutkan, pembiayaan dari mobil baru Grup Astra sangat menjanjikan mengingat proporsinya mendominasi portofolio kredit perusahaan. Pembiayaan dari pembelian Toyota dan Daihatsu, misalnya, mencapai 95 persen dari total penyaluran kredit perusahaan.
Kendati demikian, Ezar tak mau kelewat optimistis. Pasalnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan pembiayaan bisa melempem pada paruh kedua tahun ini. Antara lain daya beli masyarakat yang melemah pasca lebaran serta banyaknya hari-hari libur di awal dan akhir semester II.
Selain itu, lanjutnya, belum tentu peluncuran mobil-mobil baru ini juga akan direspon baik oleh masyarakat. Maka dari itu, perusahaan juga berniat untuk menggenjot pertumbuhan kredit di mobil bekas untuk mengimbangi kondisi tersebut.
"Memang kami akui pembiayan bermasalah di mobil bekas masih lebih tinggi dibandingkan mobil baru. Namun, sepanjang tahun ini pertumbuhan penjualan mobil bekas tidak membaik, makanya kami juga mau lebih intensif masuk ke pasar itu," tambah Ezar.
Penterasi perseroan ke pembiayaan mobil baru dan bekas, kata Ezar, tidak mengubah komposisi portofolio ACC. Seperti halnya tahun lalu, 75 persen pembiayaan ACC ditujukan untuk pembelian mobil baru, sedangkan sisanya 25 persen untuk kredit mobil bekas.
Sementara itu, perusahaan juga menargetkan total pembiayaan baru (
new bookings) sebanyak 90 ribu unit mobil di semester II atau sama dengan semester sebelumnya.
"Kalau dibilang optimis ya kami optimis, tapi sebagai korporasi kami hanya bisa memberi prediksi dan ekspektasi," katanya singkat.
(ags)