Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak sedikit berubah di perdagangan Asia pada Senin (18/7) pagi karena para pedagang mengabaikan dampak dari kudeta di Turki.
Seperti dilansir
Reuters, dolar AS yang lebih kuat menekan harga minyak, meskipun data ekonomi yang optimistis dari Amerika Serikat dan China mendukung prospek permintaan minyak global.
Harga minyak mentah berjangka AS turun 12 sen menjadi US$45,83 per barel setelah mengakhiri sesi sebelumnya yang naik 27 sen, meningkat lebih dari 1 persen dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, harga minyak mentah berjangka Brent tergelincir satu sen ke US$47,60 per barel setelah ditutup naik 24 sen di sesi sebelumnya, harga telah menguat hampir 2 persen dalam seminggu.
"Pasar sedang mencari masa kudeta," kata Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Markets di Sydney.
"Tidak ada gangguan pengiriman. Tidak perihal risiko jangka pendek untuk pasokan minyak," katanya.
Istanbul Bosphorus Strait, sebuah point kunci untuk minyak yang menangani sekitar 3 persen dari permintaan global, dengan pengiriman utama dari pelabuhan Laut Hitam dan wilayah Kaspia, dibuka kembali pada Sabtu lalu setelah ditutup selama beberapa jam setelah kudeta militer Jumat (15/7).
"Meskipun prospek beberapa risk appetite memudar setelah kudeta di Turki, dampak potensialnya terhadap pasokan minyak harus dilihat mendukung komoditas tersebut," kata ANZ dalam laporan pasar.
(gir)