Jakarta, CNN Indonesia -- Akademisi dan pengamat pasar keuangan menilai kembalinya Sri Mulyani Indrawati ke dalam jajaran pemerintahan Indonesia akan memberikan angin segar ke perekonomian dalam negeri karena sejumlah kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah menilai terpilihnya kembali Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) bisa memberikan sentimen positif pada pasar keuangan.
“Memang ini tidak diduga bahwa Ibu Sri Mulyani bersedia kembali ke Indonesia sebagai Menteri Keuangan karena beberapa waktu lalu namanya santer disebut masuk ke dalam kabinet Jokowi – JK tapi beliau (Sri) masih belum bersedia,” tutur Firmanzah saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Rabu(27/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Profesor di bidang manajemen internasional dan strategis ini, ada tiga faktor penyebab kembalinya Sri sebagai Menkeu disambut oleh pasar.
Pertama, Sri dinilai sudah cukup berpengalaman dalam menjabat sebagai menkeu. Pada saat menjabat, Sri relatif berhasil membawa Indonesia keluar dalam krisis kredit macet hipotek perumahaan (
subprime mortgage) pada tahun 2008-2009.
Alasan berikutnya, jaringan (
network) Sri yang diperoleh selama enam tahun menjabat sebagai Managing Director dan Chief Operating Officers Bank Dunia merupakan nilai tambah.
Menurutnya, di tengah kondisi perekonomian global yang diwarnai gejolah dan ketidakpastian, dibutuhkan kerjasama antar negara di dunia internasional.
Terakhir, jaringan Sri juga diharapkan bisa menarik investor untuk mendukung pembangunan infastruktur domestik.
Lebih lanjut, Firmanzah juga menilai bahwa sosok Sri bisa mendukung kesuksesan program pengampunan pajak (tax amnesty). Pasalnya, Sri memiliki kepercayaan pasar (
market trust) yang bisa digunakan untuk mendorong Wajib Pajak memanfaatkan program
tax amnesty.
“Saya rasa figur Sri Mulyani memiliki
market trust yang cukup tinggi dan saya rasa akan menjadi daya dorong implementasi
tax amnety yang membutuhkan komuniasi, sosialisi dan upaya
convincing (meyakinkan) untuk meyakinkan ke pengusaha untuk memanfaatkan kebijakan
tax amnesty,” ujar mantan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini.
Lebih lanjut, Firmanzah menilai Sri memiliki banyak agenda ke depan untuk memperbaiki kinerja perekonomian domestik. Namun, menurutnya, hal pertama yang akan dilakukan Sri adalah berkoordinasi dengan eselon I di bawah kementeriannya untuk melakukan koordinasi di level birokratis.
Direktur Utama Schroders Investment Management Indonesia (Schroders Indonesia) Michael Tjoajadi, melihat perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Jokowi merupakan langkah yang tepat. Hal ini karena, ia melihat memang tidak ada sinkronisasi antar Menteri pada jajaran kabinet yang lama.
"Satu hal yang pasti ini memang nampak beberapa waktu lalu tidak singkron diantara menteri kabinet itu. Jadi ada pergantian ini membuat kabinet akan lebih baik," ucap Michael.
Perombakan kabinet ini, lanjut Michael, menunjukkan bahwa Presiden Jokowi juga tidak merasa nyaman dengan jajaran kabinetnya yang lama karena akan mengganggu pembangunan di Indonesia. Maka, perombakan ini tentu akan membuat pembangunan di Indonesia lebih baik lagi.
"Adanya perombakan ini menunjukkan bahwa Presiden tidak terlalu berkenaan dengan hal-hal seperti itu, karena itu akan mengganggu pembangunan itu sendiri," katanya.
Sebagai investor, ia juga sangat menyambut baik keputusan Presiden Jokowi yang menunjuk Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) menggantikan Bambang Brodjonegoro. Hal ini karena pengalaman Sri Mulyani yang sangat luas, baik di internasional maupun nasional.
"Menkeu yang baru ini pengalamannya luas, tidak hanya nasional tapi juga internasional, jadi pengalamannya bisa dibawa ke Indonesia. Misalnya pengalaman di World Bank," paparnya.
Tak hanya Sri Mulyani, ia juga sepakat dengan ditunjuknya Thomas Lembong menjadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) oleh Presiden Jokowi. Hal ini karena memang latar belakang Thomas Lembong sendiri sebagai investor, sehingga akan membawa BKPM lebih baik lagi.
(gir/gen)