Jakarta, CNN Indonesia -- PT CIMB Principal Asset Management menyatakan dana hasil repatriasi dari kebijakan amnesti pajak bakal mendongkrak dana kelolaan (
Asset Under Management/AUM) perusahaan dan menembus target yang dipatok sebesar Rp6,3 triliun.
Presiden Direktur CIMB Principal Asset Management Ridwan Soetedja mengatakan, target dana raihan nantinya akan tergantung dari target yang dipatok oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk selaku bank persepsi atau pintu masuk (
gateway) dana repatriasi. Ia mengaku, hingga saat ini, bank tersebut juga belum memiliki target yang pasti.
“Kalau target dana repatriasi, kami belum ada. Dalam arti kami kan harus kerja sama dengan Bank CIMB Niaga selaku bank persepsi. Mungkin target itu lebih banyak ke mereka,” ucap Ridwan, Selasa (16/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Target berapa untuk dana repatriasi dan yang kira-kira bisa diarahkan dalam produk ke reksa dana yang kami kelola itu sementara ini belum ada target spesifik yang mereka targetkan juga. Jadi kami belum ada target.”
Hingga semester I 2016, total dana kelolaan dari CIMB Principal Asset Management sebesar Rp5,3 triliun. Produk reksa dana terproteksi berkontribusi paling tinggi dari total dana kelolaan tersebut, yakni sekitar 35 persen. Sementara, produk reksa dana pendapatan tetap sebesar 30 persen.
“Sisanya 35 persen di pasar uang dan saham,” ungkapnya.
Perusahaan menargetkan total dana kelolaan hingga akhir tahun sebesar Rp6,3 triliun. Namun, jumlah tersebut masih di luar dana repatriasi amnesti pajak.
Dengan begitu, kemungkinan besar dana kelolaan akan yang didapat hingga akhir tahun dapat melebihi target yang sudah ditetapkan perusahaan sejak awal tahun. Kendati demikian, perusahaan belum merevisi target dana kelolaan tersebut.
“Kalau dana repatriasi masuk, mudah-mudahan dapat melebihi target yang ditentukan. Yang ditentukan sekarang kan tidak termasuk dana repatriasi lah. Perkiraan dana kelola khusus dari amnesti pajak ini itu sangat sulit ya.”
“Karena dana ini kan akan masuk ke beberapa instrumen terutama instrumen perbankan dan juga instrumen lainnya termasuk sektor rill juga, termasuk properti juga. Kalau untuk reksa dana itu sendiri, terus terang kami belum bisa bilang berapa angkanya,” papar Ridwan.
(gir)