Jakarta, CNN Indonesia -- Usulan Indonesia Brand Forum (IBF) untuk membuat pola sinergi antar perusahaan keluarga besar di Indonesia ditanggapi positif oleh beberapa pemimpin perusahaan tersebut.
Salah satunya Direktur PT Niramas Utama Food and Beverages Industry Erijanto Djajasudarma. Ia menjelaskan, saat ini banyak perusahaan yang berkompetisi di luar negeri secara individual. Artinya, tidak bekerjasama dengan perusahaan lain dalam mengikuti kompetisi tersebut.
Kondisi ini menurutnya berbeda dengan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Dalam berkompetisi di luar, perusahaan-perusahaan kedua negara tersebut bersinergi. Sehingga bukan hanya membawa nama perusahaan, tetapi juga membawa bendera negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Waktu saya keluar negeri, lihat-lihat, dan sampai sana, negara lain sedang berkompetisi memamerkan
brand-nya, misalnya Singapura dan Malaysia. Nyatanya Indonesia juga banyak ternyata di sana, namun tidak menggunakan nama Indonesia melainkan
brand pribadi. Ini seperti tidak memiliki identias,” ucap Erijanto, Rabu (24/8).
Ia mengaku miris melihat kondisi seperti itu. Menurutnya, bila perusahaan di Indonesia melakukan sinergi untuk berkompetisi di luar negeri, maka akan membuat produk yang dijual perusahaan tersebut tidak hanya dikenal karena nama perusahaannya tapi juga dikenal karena diproduksi di Indonesia.
“Ada bagusnya perusahaan-perusahaan ini berkolaborasi membawa nama Indonesia, Jadi memang produk-produk yang lahir di Indonesia, bisa bawa Indonesia lebih dikenal lagi, bukan hanya bulu tangkis yang dapat emas saja, tapi juga produk-produknya bisa dikenal,” paparnya.
Begitu juga dengan Direktur Martha Tilaar Group Bryan Tilaar yang mendukung inisiasi dari IBF. Ia turut menyayangkan kejadian yang dipaparkan oleh Erijanto tersebut. Sehingga, dengan pola kolaborasi maka akan memperkuat Indonesia di mata regional dan global.
Selain itu, pola kolaborasi ini juga dapat membuat perusahaan untung lebih. Namun, ia menyatakan harus ada langkah konkrit yang dilakukan IBF dalam mewujudkan hal tersebut.
“Tapi ini harus ada langkah pastinya bagaimana, yang jelas kami mendukung,” imbuhnya.
Minus Perhatian PemerintahSementara Wakil Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) Iwan Kurniawan mengaku senang dengan usulan IBF ini. Awalnya ia menduga usulan tersebut datang dari pemerintah, tapi nyatanya diinisiasi sendiri oleh pihak swasta.
Iwan mengaku selama ini tidak ada wadah yang mengkolaborasikan strategi bisnis antar perusahaan tekstil. Padahal, ia menilai Indonesia memiliki potensi besar karena masyarakatnya berjumlah banyak dan cenderung konsumtif.
“Jadi sekarang industri tekstil sendiri ingin sekali bagaimana punya ketahanan sandang. Sandang kan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia, tapi ini Indonesia tidak memiliki payung hukum atau Undang-Undang (UU) untuk itu,” keluhnya.
(gen)