Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaksana tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Pandjaitan menyodorkan sejumlah proyek strategis di sektor energi kepada dua perusahaan minyak dan gas asal Amerika Serikat, Chevron dan ExxonMobile.
Sejumlah proyek yang ditawarkan antara lain proyek pengelolaan Blok East Natuna di Kepulauan Riau dan Blok Masela di Maluku.
"Blok Masela sedang kita diskusikan agar mencapai satu kesepahaman," ujarnya, Kamis (15/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk meyakinkan para pemodal AS tersebut, Luhut menjadikan prospek pertumbuhan ekonomi nasional di atas 5 persen sebagai pemanis.
Di hadapan para pengusaha perwakilan Kamar Dagang Amerika Serikat (U.S Chamber of Commerce), ia mengatakan, Chevron dan Exxon tak perlu ragu untuk menanamkan investasi di Indonesia karena sejak Presiden Joko Widodo dilantik, pertumbuhan ekonomi tumbuh menjanjikan seiring dengan terkendalinya inflasi dan stabilitas harga.
"Sampai tahun 2023 mendatang, pertumbuhan ekonomi akan stabil meningkat. Jadi, Chevron dan Exxon jangan khawatir, Anda berada di tempat yang baik," tuturnya.
Pada kuartal I 2016, ekonomi Indonesia sbeenarnya hanya tumbuh 4,92 persen. Baru pada kuartal berikutnya pertumbuhannya meningkat menjadi 5,18 persen.
Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi semester I 2016 berada di angka 5,04 persen. Adapun target pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini adalah 5,2 persen di APBNP 2016, yang belakangan dikoreksi menjadi 5,1 persen.
Selain menjanjikan pertumbuhan ekonomi, Luhut memastikan, pemerintah tengah mempertimbangkan untuk mengubah komposisi bagi hasil pengusahaan minyak agar tetap menguntungkan pemerintah maupun pengusaha. Hal itu tengah diupayakan melalui revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2010.
Menurutnya, porsi pembagian hasil akan diuubah, karena dengan komposisi 85 (pemerintah):15 (swasta) dianggap kurang menguntungkan dan bahkan merugikan pihak swasta.
Sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut juga menyodorkan sejumlah proyek di sektor pariwisata kepada investor asing. Sedikitnya ada 10 destinasi pariwisata pilihan yang bisa dikembangkan swasta asing, antara lain Raja Ampat, Pulau Komodo, dan Danau Toba, yang ditargetkan bisa menggaet investasi mencapai US$20 miliar.
Dalam upaya menggaet investasi, Luhut memastikan, pemerintah Indonesia juga tengah mengupayakan efisiensi distribusi dengan mengembangkan sistem transportasi yang terintegrasi.
"Wilayah kita 70 persen laut dan 30 persen darat. Jadi, kita mulai dengan tol laut untuk meningkatkan konektivitas," katanya.
Kehadiran tol laut, menurut Luhut, dapat memangkas biaya transportasi antarpulau yang selama ini ditopang oleh moda transportasi udara yang memakan biaya lebih besar.
"Ini problem besar, biaya transportasi kita tidak efisien. Pemerintah akan mengejar efisiensi biaya transportasi yang semula berada dikisaran 14,1 persen menjadi 7 persen sampai 8 persen," jelasnya.
Kendala lainnya, lanjut dia, proses rata-rata waktu bongkar muat barang (
dwelling time) di bandara memakan waktu tiga sampai empat hari. Namun, waktu ini sudah diefisiensikan pemerintah, karena semula memerlukan sekitar tujuh sampai delapan hari.
Pemerintah sendiri masih akan mengupayakan pemangkasan
dwelling time menjadi dua sampai tiga hari saja. Dia mengakui
dwelling time di sejumlah kota sampai saat ini masih tergolong tinggi.
"Medan, Makassar, dan Surabaya masih tinggi. Kita harus bekerja keras termasuk menyediakan peralatan dan ini bisa jadi peluang investasi," tambahnya.
(ags)