Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku usaha ritel nasional siap untuk memperkenalkan konsep mini market ke pasar Asia Tenggara. Ini sekaligus menjadi cita-cita peritel dalam negeri untuk melebarkan sayapnya hingga tingkat internasional.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, toko berbentuk mini market sesuai dengan kultur negara-negara Asia Tenggara yang ingin ringkas di dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia yakin, mini market akan lebih diterima pasar di Asia Tenggara dibandingkan konsep convenience store yang banyak diusung peritel asing.
"Kami yakin konsep ini akan sangat efektif untuk ekspansi ke negara-negara Asia Tenggara, seperti Myanmar, Vietnam, hingga Kamboja, mengingat pendapatan per kapita mereka yang masih rendah," ujarnya ditemui di Gedung Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Senin (26/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika ekspansi ini berhasil, nantinya toko-toko ritel ini berkesempatan menjual produk-produk dalam negeri, khususnya produk makanan dan kebutuhan pokok. Upaya ini lumrah dilakukan oleh setiap usaha ritel yang melakukan ekspansi ke luar negeri, termasuk perusahaan asing yang masuk ke Indonesia.
Tutum mengaku, peritel dalam negeri terinsipirasi dari kisah sukses PT Sumber Alfaria Jaya Tbk dalam membuka gerai Alfamart di Filipina. Ia menjelaskan bahwa Alfamart tak sekadar menjual barang-barang kebutuhan masyarakat Filipina, tetapi juga memperkenalkan produk-produk Indonesia.
"Di Filipina, Alfamart tak hanya buka gerai, namun juga jual produk Indonesia. Contohnya, saya baru dengar kalau masyarakat Filipina kini doyan dengan permen rasa kopi buatan Indonesia. Kalau dulu asing ramai-ramai bawa produk ke sini, sekarang saatnya produk-produk Indonesia merambah luar negeri," imbuh dia.
Jika kesempatan tersebut dimanfaatkan dengan baik, maka kontribusi ekspor Indonesia ke negara-negara Asia Tenggara, selain Singapura, Thailand, dan Malaysia bisa lebih baik lagi.
Sebagai gambaran, ekspor non-migas ke negara tersebut tercatat sebesar US$5,71 miliar sepanjang Januari hingga Agustus 2016. Angka ini meningkat 13,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$5,02 miliar.
"Sebetulnya, kalau mau gampang kami ekspor makanan-makanan dulu saja karena gampang diterima masyarakat. Jangan produk lainnya, karena produksi mereka (negara-negara Asia Tenggara) lebih bagus dibandingkan punya Indonesia," kata Tutum.
Ia berharap, pemerintah mau mengakomodasi regulasi demi ekspansi ini. Utamanya, untuk melobi beberapa kebijakan terkait investasi di negara-negara tujuan ekspansi. Memang, ia bilang, beberapa negara yang regulasi penanaman modal sektor ritel terbilang mudah, seperti Filipina. Namun, ada juga negara yang regulasinya susah, seperti Thailand dan Vietnam.
"Makanya, kami berharap pemerintah mau membantu kami dengan cara melobi pemerintah di luar sana terkait kebijakan investasi. Karena ini baik bagi perekonomian negara, maka bagi-bagi tugas saja. Pemerintah mengurusi regulasi, kami urusi bagian teknisnya saja," tegasnya.
(bir)