Pengusaha Ritel Waspadai Efek Penaikan Suku Bunga AS

Dinda Audrienne | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Mei 2016 11:07 WIB
Ketua Umum APRINDO Roy Nicolas Mandey menyatakan penaikan suku bunga AS dapat memicu pelemahan rupiah yang berujung melemahnya daya beli masyarakat.
Ketua Umum APRINDO Roy Nicolas Mandey menyatakan penaikan suku bunga AS dapat memicu pelemahan rupiah yang berujung melemahnya daya beli masyarakat. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO) menwaspadai dampak penaikan suku bunga AS (Fed Rate) yang bakal menekan nilai tukar rupiah dan berpotensi melemahkan tingkat daya beli masyarakat.

Ketua Umum APRINDO Roy Nicolas Mandey menyatakan, para pengusaha ritel berharap paling tidak ada kenaikan penjualan sebesar 10-12 persen pada tahun ini. Namun, ia mengaku rencana bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga perlu diwaspadai.

"Baru ada isu The Fed mau naikkan suku bunga saja sudah membuat rupiah melemah. Nah jika The Fed sudah menaikkan suku bunga, maka dolar AS akan balik ke negaranya. Ketika dolar AS langka, rupiah akan tertekan," katanya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (27/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika hal tersebut terjadi, lanjut Roy, maka akan mempengaruhi konsumen. Menurutnya, masyarakat akan berhati-hati untuk belanja. Dengan begitu, daya beli masyarakat akan lemah.

"Artinya ini perlu intervensi pemerintah secara ketat," tegasnya.

Ia menjelaskan, pada kuartal I 2016 penjualan perusahaan ritel mengalami penurunan 10 sampai 11 persen jika dibandingkan kuartal IV 2015. Saat ini, ia berharap penjualan perusahaan ritel dapat tumbuh menjelang Lebaran tahun ini.

"Kami harapkan Lebaran ini perusahaan ritel dapat membaik, karena Desember kemarin sudah membaik. Tapi kami kaget kuartal I ini mengalami penurunan," katanya. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER